BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Istilah "Cognitive" berasal dari
kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya
cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.
Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer
sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup
semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan,
memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak
ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang
bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku
seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
B. Rumusan Masalah
A. Apakah yang dimaksud dengan Teori Kognitivisme?
B. Bagaimanakah Pandangan Teori Kognitivisme terhadap Belajar Mengajar
dan Pembelajaran?
C. Bagaimanakah Impilkasi Teori Kognitivisme dalam Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Kognitivisme
A. Pengertian Teori Kognitivisme
Teori kognitif adalah teori yang umumnya
dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental
manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan
menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan.
Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel
penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang. Teori belajar kognitiv lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan
persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk
perubahan tingkah laku yang bisa diamati.Dari beberapa teori belajar kognitif
diatas (khusunya tiga di penjelasan awal) dapat pemakalah ambil sebuah sintesis
bahwa masing masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan jika diterapkan
dalam dunia pendidikan juga pembelajaran. Jika keseluruhan teori diatas
memiliki kesamaan yang sama-sama dalam ranah psikologi kognitif, maka disisi
lain juga memiliki perbedaan jika diaplikasikan dalam proses pendidikan.
Sebagai misal, Teori bermakna ausubel dan discovery Learningnya bruner memiliki
sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar Bermakna Ausubel memandang bahwa
justeru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir dalam suatu hal mendapat
penanganan dengan teori belajar discoveri, karena siswa cenderung diberi
kebebasan untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu. Oleh
karenanya menurut teori belajar Bermakna guru tetap berfungsi sentral sebatas
membantu mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang hendak diterima oleh
siswa namun tetap dengan koridor pembelajaran yang bermakna. Dari poin diatas
dapat pemakalah ambil garis tengah bahwa beberapa teori belajar kognitif
diatas, meskipun sama-sama mengedepankan proses berpikir, tidak serta merta
dapat diaplikasikan pada konteks pembelajaran secara menyeluruh. Terlebih untuk
menyesuaikan teori belajar kognitif ini dengan kompleksitas proses dan sistem
pembelajaran sekarang maka harus benar-benar diperhatikan antara karakter
masing-masing teori dan kemudian disesuakan dengan tingkatan pendidikan maupun
karakteristik peserta didiknya.
B. Ciri-ciri Aliran Kognitivisme
· Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
· Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
· Mementingkn peranan kognitif
· Mementingkan kondisi waktu sekarang
· Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Belajar kognitif ciri khasnya terletak
dalam belajar memperoleh dan mempergunakan bentuk-bentuk reppresentatif yang
mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau di hadirkan dalam diri
seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan
sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan pengalamannya
selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali kenegerinya
sendiri. Tampat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain negara tidak
dapat diabawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu.
Pada waktu itu sedang bercerita, tetapi semulanya tanggapan-tanggapan, gagasan
dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang
yang mendengarkan ceritanya.
C. Tokoh – Tokoh Teori Kognitivisme
· Jean Piaget, teorinya disebut "Cognitive Developmental"
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa
proses berpikir sebagai aktivitas gradual dan fungsi intelektual dari konkret
menuju abstrak. Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai
aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget
adalah ahli psikolog developmentat karena penelitiannya mengenai tahap tahap
perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar
individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan
kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektuan
adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir
atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara
kualitatif.Menurut Suhaidi Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif
anak menjadi empat tahap:
Tahap sensory – motor, yakni perkembangan
ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan
kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana.
Tahap pre – operational, yakni perkembangan
ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan
mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh
pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.
Tahap concrete – operational, yang terjadi pada
usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan
aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik
perseptual pasif. 4. Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah
kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini
adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola
pikir "kemungkinan". Dalam pandangan Piaget, proses adaptasi
seseorang dengan lingkungannya terjadi secara simultan melalui dua bentuk
proses, asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi jika pengetahuan baru yang
diterima seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang
tersebut. Sebaliknya, akomodasi terjadi jika struktur kognitif yang telah
dimiliki seseorang harus direkonstruksi/di kode ulang disesuaikan dengan
informasi yang baru diterima.Dalam teori perkembangan kognitif ini Piaget juga
menekankan pentingnya penyeimbangan (equilibrasi) agar seseorang dapat terus
mengembangkan dan menambah pengetahuan sekaligus menjaga stabilitas mentalnya.
Equilibrasi ini dapat dimaknai sebagai sebuah keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur
dalamya. Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium
menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.
· Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Bruner.
Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif manusia
berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang
sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya
digunakan.
Menurut Bruner untuk mengajar sesuatu
tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang
penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya.
Dengan lain perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan
jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia
pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat
diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan
tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner
ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif
kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan. (discovery learning).
· Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Ausebel
Yang memandang bahwa Proses belajar
terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan
pengetahuan baru yang dimana Proses belajar terjadi melaui tahap-tahap:
1). Memperhatikan stimulus yang
diberikan
2). Memahami makna stimulus menyimpan dan
menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya
didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa
(advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan
belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang
mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced
organizer memberikan tiga manfaat yaitu : Menyediakan suatu kerangka konseptual
untuk materi yang akan dipelajari. Berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari. Dapat
membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
D. Pandangan Teori Kognitivisme terhadap Belajar
Mengajar dan Pembelajaran
Teori kognitif adalah teori yang umumnya
dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental
manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan
menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan.
Teori kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel
penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang. Teori belajar kognitiv lebih
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan
persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk
perubahan tingkah laku yang bisa diamati.Dari beberapa teori belajar kognitif
diatas (khusunya tiga di penjelasan awal) dapat pemakalah ambil sebuah sintesis
bahwa masing masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan jika diterapkan
dalam dunia pendidikan juga pembelajaran. Jika keseluruhan teori diatas
memiliki kesamaan yang sama-sama dalam ranah psikologi kognitif, maka disisi
lain juga memiliki perbedaan jika diaplikasikan dalam proses pendidikan.
Sebagai misal,
Teori bermakna ausubel dan discovery
Learningnya bruner memiliki sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar
Bermakna Ausubel memandang bahwa justru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir
dalam suatu hal mendapat penanganan dengan teori belajar discoveri, karena
siswa cenderung diberi kebebasan untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang
segala sesuatu. Oleh karenanya menurut teori belajar Bermakna guru tetap
berfungsi sentral sebatas membantu mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang
hendak diterima oleh siswa namun tetap dengan koridor pembelajaran yang
bermakna. Dari poin diatas dapat pemakalah ambil garis tengah bahwa beberapa
teori belajar kognitif diatas, meskipun sama-sama mengedepankan proses
berpikir, tidak serta merta dapat diaplikasikan pada konteks pembelajaran
secara menyeluruh. Terlebih untuk menyesuaikan teori belajar kognitif ini
dengan kompleksitas proses dan sistem pembelajaran sekarang maka harus
benar-benar diperhatikan antara karakter masing-masing teori dan kemudian
disesuakan dengan tingkatan pendidikan maupun karakteristik peserta didiknya.
E. Implikasi Teori Kognitivistik dalam Dunia
Pendidikan
Adapun Impilikasi Teori
Kognitivisme dalam dunia pendidikan yang lebih dispesifikasikan dalam
Pembelajaran sesuai dengan Teori yang telah dikemukan diatas sebagai berikut:
· Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda
dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa
yang sesuai dengan cara berfikir anak; Anak-anak akan belajar lebih baik
apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar
dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya; Bahan yang harus
dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing; Berikan peluang
agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak
hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya.
· Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran :
Menghadapkan anak pada suatu situasi yang
membingungkan atau suatu masalah; anak akan berusaha membandingkan realita di
luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya; dan dengan
pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali
struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dadalam
benaknya.
· Impilkasi Teori Bermakna Ausubel
Implikasinya dalam pembelajaran adalah
seorang pendidik,, mereka harus dapat memahami bagaimana cara belajar siswa
yang baik, sebab mereka para siswa tidak akan dapat memahami bahasa bila mereka
tidak mampu mencerna dari apa yang mereka dengar ataupun mereka tangkap.
Dan dari ketiga macam teori diatas jelas masing-masing mempunya implikasi
yang berbeda, namun secara umum teori kognitivisme lebih mengarah pada
bagaimana memahami struktur kognitif siswa.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori
kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi
adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat,
menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi
menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Adapun teori yang tekenal antara lain:
· Jean Piaget, teorinya disebut "Cognitive Developmental" yang Dalam
teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari
fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak,
· Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Bruner, yang dimana Burner
memandang perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi
Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan.
· Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Ausebel, yang mengatakan
bahwa siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan
kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced
organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar
siswa.
A. Saran
Hendaknya pengetahuan tentang kognitivisme siswa perlu dikaji secara
mendalam oleh calon guru dan para guru demi menyukseskan proses belajar dikelas.
Tanpa pengetahuan tentang kognitivisme siswa, guru akan mengalami kesulitan
dalam membelajarkannya dikelas, yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya
kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru dikelas.
Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan siswa
melalui belajar, baik secara mandiri maupun kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
http://superiandriyan.blogspot.com/2013/02/makalah-teori-belajar-kognitivisme.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar