Senin, 29 April 2013

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING





DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................................................................ ii
BAB I  : Pendahuluan.................................................................................................................................... 1
A.  Latar Belakang................................................................................................................................... 1
B.  Tujuan Makalah................................................................................................................................. 1
BAB II : Pembahasan.................................................................................................................................... 2
A.  Pengertian bimbingan dan konseling................................................................................................. 2
B.  Peranan bimbingan dan konseling dalam pendidikan di sekolah...................................................... 5
C.  Tujuan bimbingan disekolah.............................................................................................................. 6
D.  Peranan Bimbingan dan Konseling Dalam Pembelajaran Siswa....................................................... 7
E.   Landasan Bimbingan dan Konseling................................................................................................. 9
F.   Prinsip-prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling Sekolah...................................................... 10
G.  Asas-Asas Bimbingan dan Konseling............................................................................................... 11
H.  Orientasi layanan bimbingan dan konseling..................................................................................... 13
I.     Kode Etik Bimbingan Dan Konseling.............................................................................................. 14
BAB III Penutup........................................................................................................................................... 16
A.    Kesimplan........................................................................................................................................... 16
Daftar pustaka............................................................................................................................................... 17




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                ii

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

            Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang-kadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Beberapa beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di dalamnya kegiatan konseling.

B.     Tujuan makalah

a)      Mengetahui pengertian bimbingan dan konseling. ?
b)      Mengetahui Peranan bimbingan dan konseling dalam pendidikan di sekolah. ?
c)      Mengetahui Kode Etik Bimbingan Dan Konseling. ?









                                                                                                                                                                        1

BAB II
PEMBAHASAN


         1.         Pengertian Bimbingan
            Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang-kadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Para ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung, hati dari kegiatan bimbingan. Adapula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di dalamnya kegiatan konseling. Kelompok yang sesuai dengan pandangan di atas menyatakan bahwa terminologi layanan bimbingan dan konseling dapat diganti dengan layanan bimbingan saja.
            Untuk memperjelas pengertian kedua istilah tersebut, berikut ini dikemukakan pengertian bimbingan dan pengertian konseling.
            Para ahli berusaha merumuskan pengertian bimbingan dan konseling. Dalam merumuskan kedua istilah tersebut, mereka memberikan tekanan pada aspek tertentu dari kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan beberapa rumusan tentang istilah bimbingan.
            Menurut Rochman Natawidjaja sebagaimana dikutip oleh Soetjopto, bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.
            Selanjutnya Bimo Walgito menyarikan beberapa rumusan bimbingan yang dikemukakan para ahli, sehingga mendapatkan rumusan sebagai berikut:
            Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
                                                                                                                                                                        2

            Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli itu dapat dikemukakan bahwa bimbingan merupakan:
a.       Suatu proses yang berkesinambungan
b.      Suatu proses membantu individu,
c.       Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan/potensinya, dan
d.      Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.
Untuk melaksanakan bimbingan tersebut diperlukan petugas yang telah memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang bimbingan dan konseling.

         2.         Pengertian konseling
            Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “Consilium”yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam dalam bahasa Anglo-saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”
            Hallen, mengatakan bahwa istilah konseling berasal dari bahasa Inggeris “to counsel” yang secara etimologis berarti “to give advice” yang artinya memberi saran atau nasihat.
            Lebih lanjut lagi, Rogers, dikutip dari Hallen mengemukakan pengertian Konseling, adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.
            Selanjutnya ada beberapa rumusan pengertian Konseling berdasarkan perkembangan sejumlah rumusan konseling menurut Jones, yang dikutip dari dasar – dasar bimbingan dan konseling sebagai berikut:
            Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditunjukkan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalah sendiri tanpa bantuan.
                                                                                                                                                                        3

            Maclean, dikutip dari dasar–dasar bimbingan dan konseling, memberikan defenisi konseling sebagai suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara seorang individu yang terganggu oleh karena masalah – masalah yang tidak dapat diatasi sendiri dan seorang pekerja yang professional, yaitu orang yang terlatih dan berpengalaman membantu orang lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi.
Sedangkan H. Kestur Partowisastro menyebutkan defenisi konseling dalam dua hal pengertian yaitu :
1)      Dalam arti luas
            Konseling adalah segala ikhtiar pengaruh psikologis terhadap sesama manusia.
2)      Dalam arti sempit
            Konseling merupakan suatu hubungan yang sengaja diadakan dengan manusia lain, dengan maksud agar dengan berbagai cara psikologis, kita dapat mempengaruhi beberapa facet kepribadiannya sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh sesuatu efek tertentu.
            Dengan demikian, berdasarkan uraian defenisi di atas dapatlah disimpulkan, defenisi konseling secara sederhana yaitu :
            “Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada anak (counselee) dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan dengan wawancara yang dilakukan secaraface to fece, atau dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan klien (counselee) yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya”.
            Sebagai kesimpulan dari beberapa defenisi konseling diatas yakni, konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang, dalam mana konselor melalui hubungan itu dan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar dalam mana konseling dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaan masa depan, yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi-potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan baik pribadi maupun masyarakat, dan lebih jauh lagi dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan–kebutuhan yang akan datang.
            Hal - hal pokok yang terkandung dalam masing-masing defenisi di atas mengandung masing-masing rumusan konseling. Menurut pendapat Jones rumusan – rumusan defenisi konseling sebagai berikut :


                                                                                                                                                                        4

a.       Konseling terdiri atas kegiatan : Pengungkapan fakta atau data tentang siswa, serta pengarahan kepada siswa, untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.
b.      Bantuan itu diberikan secara langsung kepada siswa.
c.       Tujuan Konseling agar siswa dapat mencapai perkembangan yang semakin baik, semakin maju.
d.      Selanjutnya rumusan dari defenisi konseling dari Maclean, yakni :
e.       Konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan
f.       Dilakukan dalam suasana hubungan tatap muka
g.      Individu yang di konseling adalah adalah individu yang sedang mengalami gangguan atau masalah.
h.      Terlatih baik dan telah memiliki pengalaman
i.        Bertujuan untuk mengatasi suatu masalah / gangguan.
Selanjutnya rumusan dari defenisi konseling menurut Pepeinsky & Pepeinsky, adalah:
a.       Konseling merupakan proses interaksi antara dua orang individu
b.      Dilakukan dalam suasana professional
c.       Berfungsi dan bertujuan sebagai alat (wadah) untuk memudahkan perubahan tingkah laku klien.

B.     Peranan bimbingan dan konseling dalam pendidikan di sekolah.

            Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain menyumbangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan malalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh.



                                                                                                                                                                        5

            Bimbingan dan konseling semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaanya di stiap sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti dikemukakan oleh Koestoer Partowisastro sebagai berikut:
1)      Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, dimana anak dalam waktu sekian jam ( + 6 jam) hidupnya berada di sekolah.
2)      Para siswa yang usianya relatif masih muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, mapun dalam mengatasi berbagai macam kesulitan.
            Kehadiran konselor disekolah dapat meringankan tugas guru ( Lundquist dan Chamely yang dikutip oleh Belkin, 1981 ). Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu guru, dalam Hal:
1)      Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah efektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.
2)      Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi proses belajar-mengajar.
3)      Mengembangakan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif.
4)      Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dan melaksanakan tugasnya.
            Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan. Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang lebih efektif. Oleh karna itu, kegiatan bimbingan dan konseling, tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan sekolah.

C.    Tujuan Bimbingan Di Sekolah
            Layanan bimbingan sangat dibutuhkan agar siswa-siswa yang mempunyai masalah dapat terbantu, sehingga mereka dapat belajar lebih baik. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 Buku III C dinyatakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah adalah membantu siswa:
            1. Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar yang tinggi
            2. Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya pada saat proses                 belajar mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial
            3. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kesehatan jasmani
            4. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.

                                                                                                                                                                        6

            5. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan jenis                         pekerjaan setelah mereka tamat.
            6. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosial dan emosional di sekolah             yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, terhadap                                  lingkungan sekolah, dan lingkungan yang lebih luas.
            Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan layanan bimbingan adalah membantu mengatasi berbagai macam kesulitan yang di hadapi siswa sehingga terjadi proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien.

D.    Peranan Bimbingan dan Konseling Dalam Pembelajaran Siswa
            Dalam proses pembelajaran siswa setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut seringkali kandas dan tidak bisa terwujud, karena banyak siswa tidak seperti yang diharapkan. Maka sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai petanda bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya seperti dikemukakan Abu Ahmadi (1977) sebagai berikut :
a)      Hasil belajarnya rendah, dibawah rata-rata kelas
b)      Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya.
c)      Menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta, tidak mau menyelesaikan tugas-tugas dan sebagainya.
d)     Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka mengganggu dan sebagainya.
            Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, maka bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dalam (1) bimbingan belajar, (2) bimbingan sosial, (3) bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.

1.      Bimbingan belajar
Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.Bimbingan ini antara lain meliputi:

                                                                                                                                                                        7


a)      Cara belajar, baik secara kelompok ataupun individual
a)      Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar
         3.         Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran
         4.         Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu
e)      Cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran
            Di samping itu Winkel (1978) mengatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling mempunyai peranan penting untuk membantu siswa, antara lain dalam hal:
a)      Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka lagi mereka, baik sekarang maupun yang akan datang
b)      Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua/keluarga dan sebagainya.

2.      Bimbingan sosial
            Dalam proses belajar dikelas siswa juga harus mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok. Bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga terciptalah suasana belajar mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi (1977) bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk :
a)      Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai
b)      Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai
c)      Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu

3.      Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi
            Bimbingan dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadinya, yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Siswa yang mempunyai masalah dan belum dapat diatasi/ dipecahkannya, akan cenderung mengganggu konsentrasinya dalam belajar, akibatnya prestasi belajar yang dicapai rendah. Dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku III C tentang pedoman bimbingan dan penyuluhan. Menurut Ibu St. Raf’ah ada beberapa masalah pribadi yang memerlukan bantuan konseling yaitu masalah akibat konflik antara lain :

                                                                                                                                                                        8

a)      Perkembangan intelektual dengan emosionalnya
b)      Bakat dengan aspirasi lingkungannya
c)      Kehendak siswa dengan orang tua atau lingkungannya
d)     Kepentingan siswa dengan orang tua atau lingkungannya
e)      Situasi sekolah dengan situasi lingkungan
f)       Bakat pendidikan yang kurang bermutu dengan kelemahan/keengganan mengambil pilihan.
            Masalah-masalah pribadi ini juga sering ditimbulkan oleh hubungan muda-mudi. Selanjutnya juga dikemukakan oleh Downing (1968) bahwa layanan bimbingan di sekolah sangat bermanfaat, terutama membantu :
a)      Menciptakan suasana hubungan sosial yang menyenangkan
b)      Menstimulasi siswa agar mereka meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan belajar mengajar
c)      Siswa agar dapat menciptakan atau mewujudkan pengalaman belajarnya itu penuh arti
4.      Meningkatkan motivasi belajar siswa
5.      Menciptakan dan menstimulasi tumbuhnya minat belajar.


E.     Landasan Bimbingan dan Konseling
            Pemberian layanan bimbingan dan konseling pada hakekatnya selalu di didasarkan atas landasang-landasan utama dan prinsip-prinsip dasar. Hal ini berupa keyakinan-keyakinan yang pada akhirnya dapat mewarnai seluruh kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut Winkel (1991) landasan-landasan itu adalah sebagai berikut:
a)      Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang
b)      Bimbingan berkisar pada dunia subyektif masing-masing individu
c)      Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara bimbingan dengan yang dibimbing
d)     Bimbingan berdasarkan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak-hak asasi (human rights).
e)      Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang-bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis
f)       Pelayanan ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang bermasalah saja.
g)      Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan, berurutan dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.
                                                                                                                                                                        9

F.     Prinsip-prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling Sekolah

         1.         Prinsip-prinsip umum
Dalam prinsip umum ini dikemukakan beberapa acuan umum yang mendasari semua kegiatan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip umum ini antara lain:
a)      Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku dan individu, perlu diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet, sikap dan tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamannya. Oleh karena itu dalam pemberian layanan perlu dikaji kehidupan masa lalu klien yang diperkirakan mempengaruhi timbulnya masalah tersebut.
b)      Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual daripada individu-individu
c)      Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu yang bersangkutan mampu membantu atau menolong dirinya sendiri dalam menghadapi kesulitan-kesulitannya.

         2.         Prinsip-prinsip yang berhubung dengan individu yang dibimbing (siswa)

a)      Program bimbingan harus berpusat pada siswa. Program yang disusun harus berdasarkan kebutuhan siswa. Oleh sebab itu sebelum penyusunan program bimbingan perlu dilakukan analisis kebutuhan siswa tersebut.
b)      Pelayan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu yang bersangkutan secara serba ragam dan serba luas
c)      Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang dibimbing. Dalam pelaksanaan bimbingan, pembimbingan tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada individu yang dibimbing. Peranan pembimbing hanya memberikan arahan-arahan serba berbagai kemungkinannya, dan keputusan mana yang akan diambil diserahkan sepenuhnya kepada individu yang dibimbing. Dengan demikian klien mempunyai tanggung jawab penuh keputusan yang diambilnya itu
d)     Individu yang mendapat bimbingan harus berangsur-angsur dapat membimbing dirinya sendiri. Hasil pemberian layanan diharapkan tidak hanya berguna pada waktu pemberian layanan itu saja, tetapi jika individu mengalami masalah yang sama di kemudian hari ia akan dapat mengatasinya sendiri, sehingga tingkat ketergantungan individu kepada pembimbing semakin berkurang.

                                                                                                                                                            10

         3.         Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu yang memberikan bimbingan

a)      Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman dan kemampuannya. Karena pekerjaan bimbingan itu tidak dapat dilakukan oleh semua orang dengan demikian orang yang bertugas sebagai pembimbing di sekolah harus dipilih atas dasar-dasar tertentu, misalnya kepribadian, pendidikan, pengalaman dan kemampuannya di kualifikasi tersebut dapat mendukung keberhasilan pembimbing dalam melaksanakan tugasnya baik masalah-masalah yang dalam pemecahannya memerlukan dukungan pengalaman pembimbing, keluasan wawasan maupun kemampuan lainnya.

G.    Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
1.      Asas Kerahasiaan
            Sebagian keberhasilan layanan bimbingan banyak ditentukan oleh asas ini, sebab klien akan mau membukakan keadaan dirinya sampai dengan masalah –masalah yang sangat pribadi, apabila ia yakin bahwa konselor dapat menyimpan rahasianya. Dengan adanya keterbukaan dari klien akan memberikan kemudahan-kemudahan bagi konselor menemukan sumber penyebab timbulnya masalah.
2.      Asas Keterbukaan
            Konselor harus berusaha untuk menciptakan suasana keterbukaan dalam membahas masalah yang dialami klien. Klien terbuka menyampaikan perasaan pikiran dan keinginannya yang diperkirakan sebagai sumber timbulnya permasalahan. Namun demikian suasana keterbukaan ini sulit terwujud bilamana asas kerahasiaan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, asas kerahasiaan akan sangat mendukung terciptanya keterbukaan klien dalam menyampaikan persoalannya.
3.      Asas Kesukarelaan
            Koselor mempunyai peran utama dalam mewujudkan asas kesukarelaan ini konselor harus mampu mencerminkan asas ini dalam menerima kehadiran klien. Bilamana konselor tidak siap menerima kehadiran klien karena satu dari lain hal, seperti tidak cukup waktu untuk berkonsultasi yang disebabkan oleh waktu yang lain, badan yang tidak enak, sedang punya masalah yang agak serius.


                                                                                                                                                                        11

4.      Asas Kegiatan
            Usaha layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik sesuai dengan sifat keunikanya manusia maka konselor harus memberikan layanan seirama dengan perubahan-perubahan yang ada pada diri klien. Perubahan itu tidak hanya sekedar berupa pengulangan-pengulangan yang monoton, melainkan perubahan menuju suatu kemajuan.
5.      Asas Kedinamisan
            Asas layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah laku kearah yang baik. Sesuai dengan sifat keunikannya manusia maka konselor harus memberikan layanan seirama dengan perubahan-perubahna yang ada pada diri klien. Perubahan itu tidak hanya sekedar berupa pengulangan-pengulangan yang monoton, melainkan perubahan menuju suatu kemajuan.
6.      Asas Keterpaduan
            Kepribadian klien merupakan suatu organisasi dari berbagai macam aspek. Dalam memberikan layanan pada klien, hendaknya selalu memperhatikan aspek-aspek kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai keharmonisan atau keterpaduan.
7.      Asas kenormatifan
            Maksud dari asas ini adalah usaha layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan itu hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, sehingga tidak terjadi penolakan bagi individu-individu yang bimbing baik penolakan dalam prosesnya maupun saran-saran atau keputusan yang bahas dalam konseling.
8.      Asas konseling
            Pelayanan bimbingan konseling adalah bersifat profesional, oleh karena itu, tidak mungkin dilaksankana oleh orang-orang yang tidak didik atau dilatih atau dipersiapkan untuk itu. Pelayanan konseling menuntut suatu keterampilan khusus, maka konselor harus benar-benar terlatih untuk itu, sehingga layanan tersebut benar-benar profesional


                                                                                                                                                                        12

9.      Asas alih tangan
            Bila ditemukan masalah-masalah klien tersebut diluar bidang keahliannya. Maka konselor hendaknya segera mengalihtangankan kepada yang lain. setiap masalah hendaknya ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.
10.  Asas Tutwuri Handayani
setelah klein mendapatkan layanan, hendaknya klien merasakan bahwa layanan tersebut tidak hanya pada saat klien mengemukakan persoalannya diluarlayanan pun hendaknya makna bimbingan dan konseling tetap dirasakan, dan terciptalah hubungan yang harmonis antara konselor dan klien. Klien hendaknya merasa terbantu dan merasa aman atas pemberian layanan.

H.    Orientasi layanan bimbingan dan konseling
            Layanan bimbingan dan konseling perlu memiliki orientasi tertentu. Menurut humphreys dan traxler (1954) sikap dasar pekerjaan bimbingan itu ialah bahwa individual merupakan suatu hal yang sangat penting.
1.      Orientasi individual
            Pada hakekatnya setiap individu itu mempunyai perbedaan satu sama lainnya. Perbedaan itu dapat bersumber dari latar belakang pengalamannya, pendidikan, sifat-sifat kepribadian yang dimiliki an sebagainya. Menurut Willer Man (1979) anak kembar satu telur pun juga mempunyai perbedaan apalagi dibesarkan dalam lingkungan berbeda. Ini dibuktikan bahwa kondisi lingkungan juga ikut andil terjadinya perbedaan individu. Taylor (1956) juga menyatakan kelas sosial dapat menimbulkan perbedaan individu.
Perbedaan latar belakang kehidupan individu ini dapat mempengaruhi dalam cara berpikir, cara berperasaan dan cara menganalisis masalah dalam layanan bimbingan dan konseling hal ini harus menjadi perhatian besar.
2.      Orientasi perkembangan
            Masing-masing individu berada pada usia perkembangannya. Setiap usaha perkembangan yang bersangkutan mampu mewujudkan tugas-tugas perkembangan itu. Sebagai contoh dapat dikemukakan tugas-tugas masa remaja menurut Havighurts yang dikutip oleh Hurlock (1980) antara lain :

                                                                                                                                                                        13

a)      Mampu mengadakan hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan
b.      Dapat berperan sosial yang sesuai, baik peranannya sebagai laki-laki atau sebagai perempuan
c.       Menerima keadaan fisik serta dapat memanfaatkan kondisi fisiknya dengan baik
d.      Mampu menerima tanggung jawab sosial dan bertingkah laku sesuai dengan tanggung jawab sosial.
e.       Tidak tergantung secara emosional pada orang tua atau orang dewasa lainnya.

3.      Orientasi masalah
            Pelayanan bimbingan dan konseling harus menekankan penanganannya pada masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Konselor jangan sampai terperangkap kepada masalah-masalah lain yang tidak dikeluhkan oleh klien. Hal ini identik dengan ‘asas kekinian’ (Priyatno, 1985). Artinya pembahasan masalah difokuskan pada masalah yang saat ini (saat berkonsultasi) dirasakan oleh klien.


I.       Kode Etik Bimbingan Dan Konseling
            Kode etik adalah pola ketentuan / aturan / tata cara yang menjadi pedoman menjalani tugas dan aktivitas suatu profesi. Beberapa rumusan kode etik bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
1.      Pembimbing yang memegang jabatan harus memegang teguh prinsip-prinsip bimbingan dan kinseling.
2.      Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang baik.
3.      Pekerjaan pembimbing harus harus berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang maka seorang pembimbing harus:
a)      Dapat menyimpan rahasia klien
b)      b. Menunjukkan penghargaan yang sama pada berbagai macam klien.
c)      c. Pembimbing tidak diperkjenan menggunakan tena pembantu yang tidak ahli.
d)     Menunjukkan sikap hormat kepada klien
e)      Meminta bantuan alhi diluar kemampuan stafnya.


                                                                                                                                                                        14

            Di samping rumusan kode etik bimbingan dan konseling yang dirumusakan oleh ikatan petugas bimbingan Indonesia, yaitu:
a)      Pembimbing menghormati harkat klien.
b)      Pembimbing menempatkan kepentingan klien diatas kepentingan pribadi.
c)      Pembimbing tidak membedakan klien.
d)     Pembimbing dapat menguasai dirinya, dalam arti kata kekurangan-kekurangannya dan perasangka-prasangka pada dirinya.
e)      Pembimbing mempunyai sifat renda hati sederhana dan sabar.
f)       Pembimbing terbuka terhadap saran yang diberikan pada klien.
g)      Pembimbing memiliki sifat tanggung jawab terhadab lembaga ataupun orang yang dilayani.
h)      Pembimbing mengusahakan mutu kerjanya sebaik ungkin.
i)        Pembimbing mengetahui pengetahuan dasar yang memadai tentang tingkah laku orang , serta tehnik dan prosedur layanan bimbingan guna memberikan layanan sebaik-baiknya.
j)        Seluruh catatan tentang klien bersifat rahasia.
k)      Suatu tes hanya boleh diberikan kepada petugas yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya.














                                                                                                                                                                                                                                15

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

            Perkembangan kemampuan siswa secara optimal untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab dan memecahkan masalah merupakan tanggung jawab yang besar dari kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, pemahaman potensi pribadi sangat penting untuk perkembangan siswa sebagai manusia yang utuh. Di samping itu, dalam perkembangannya siswa sering kali menghadapi masalah yang tidak mampu dipecahkan sendiri, sehingga menganggu keberhasilan belajarnya.
            Untuk membantu proses perkembangan pribadi dan mengatasi masalah yang di hadapi sering kali siswa memerlukan bantuan profesional. Sekolah harus dapat menyediakan layanan profesional yang di maksud berupa layanan bimbingan dan konseling, karena sekolah merupakan lingkungan akan yang penting sesudah keluarga.












                                                                                                                                                                        16


DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, abu. 1977. Bimbingan dan Penyeluruh di sekolah. Semarang: toha putra.
Belkin, S. Gary. 1981. Practical Counseling in The Schools. Dubuque:
            Wm. C. Brown Company Publishers.
 Cole, Leulla. 1959. psychology of Adolescence. New York Rinert hart & Company Inc.
Depdikbud. 1976. Kurikulum Sekolah Menengah Atas 1975 Pedoman Bimbingan dan Penyeluruh.
            Jakarta: balai Pustaka.
Winkel, W.S..1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Winkel, W.S. 1978. Bimbingan dan Penyeluruh di sekolah Menengah. Jakarta : Gramedia.









                                                                                                                                                                        17