BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa arab)
adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam
kamus al-munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah laku tau tabiat. Di
dalam da’iratul ma’arif dikatakan:
اَلْاَخْلاَقُ هِىَ صِفَاتُ تُ اْلِانْسَانِ اْلاَدَبِيِّةُ
“akhlak ialah
sifat-sifat manusia yang terdidik”
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perkataan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan akhlak, etika, dan moral?
2. Bagaimana
sasaran akhlak menurut aspek – aspek sasaran akhlak?
3. Apa
saja kah tolak ukur penilaian akhlak?
C. Tujuan
Makalah
1. Mengetahui
perbedaaan antara akhlak, etika, dan moral !
2. Mengetahui
tolak ukur penilaian akhlak !
3. Mengetahui
akhlak secara defenisinya !
1
BAB II
PEMBAHASAN
AKHLAK DAN PERMASALAHANNYA
A.
Defenisi Akhlak
Secara terminologis ada beberapa defenisi tentang akhlaq
yaitu diantaranya:
- Imam
Al-Ghozali
Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan - perbuatan dengan gampang dan mudah ,tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
- Ibrahim
Anis
Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa ,yang dengannya
lahirlah macam-macam perbuatan ,baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbanga.
- Soergarda
Poerbakawatja
Akhlaq adalah budi pekerti ,watak,kesusilaan,,dan kelakuan
baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliqnya dan
terhadap sesama manusia.
Ketiga defenisi yang dikutip diatas sepakat menyatakan bahwa
akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul
secara spontan bilamana diperlukan, tanpamemerkan pemikiran atau pertimbangan
terlebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar
Disamping istlah akhlaq, juga dikenal istilah etika dan moral .ketiga
istilah tersebut sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan
manusia.perbedaannya terletak pada standar masing-masing.bagi akhlaq standarnya
adalah Al-Qur’an dan sunnah.;bagi etika standarnya terletak pada
pertimbanganakal pikiran;dan bagi moral standarnya adapt kebasaan yang umum
berlaku dalam masyarakat.
Sekalipun dalam pengertian istilah di atas
dapat dibedakan namun dalam pembicaraan sehari-hari,bahkan dalam beberapa
literature keislaman,penggunaannya sering tumpang
tindih.misalnya judul buku Ahmad Amin,Al-Akhlaq,diterjemahkan oleh Prof.Farid
Ma’ruf dengan etika(ilmu akhlaq).dalm kamus Indonesia-inggris karya Jhon M
.Echols dan Hasan Shadily,moral juga diartikn akhlaq.
2
B.
TOLAK UKUR PENILAIAN
AKHLAK
A. Mnurut
Ahlusunnah
Perbuatan atau akhlak
yang terkandung dalam perintah atau larangan dalam agama islam tidak dapat
dinilai baik atau buruk,wajib atau haram, mulia atau hina. Ahlusunnah memandang
bahwa perbuatan manusia merupakan sifat asasi dalam diri setiap manusia yang
berbuat baik atau buruk.
B. Menurut
Jabariyah
Akhlak merupakan pembawah
sejak lahir,orang yang bertingkah laku baik atau buruk karena pembawanya sejak
lahir. Karenanya, akhlak tidak bisa diubah melalui pendidikan atau latihan.
Karena pendapat mereka (Jabariyah) manusia sama sekali tidak memiliki kebebasan
dalam membentuk kehendak dan perbuatan tetapi semua ditentukan oleh Allah sedangkan manusia hanya dikendalikan
oleh Allah. Dan untuk menilai Akhlak baik atau
buruk maka agamalah yang menentukan.
C. Menurut
Qodariyah
Menusia mempunyai
kemerdekaan dan kekuasaan atas perbuatannya sendiri. Menurut paham mereka
(Qodariyah) manusia memang mempunyai bagian dalam mewujudkan
perbuatannya. Meskipun Tuhan berkuasa atas dirinya. Paham ini juga
berpendapat bahwa penilaian akhlak baik atau buruk terhadap perbuatan manusia
ditentukan oleh agamanya, namun manusia diberi kebebasan untuk melakukan apa
yang dikehendakinya.
D. Menurut
Kaum Shufiyah
Para ahli Tasawuf pada
umumnya membagi Tasawuf menjadi tiga bagian, pertama Tasawuf
Falsafai,pendekatannya menggunakan rasio/akal pikiran. Kedua Tasawuf
Akhlaki,pendekatannya menggunakan Akhlak yang tahapannya terdiri dari Takhalli
(mengosongkan diri dari akhlak buruk), Tahalli (menghiasi dengan akhlak
terpuji), Tajalli (terbukanya dinding penghalang antara manusia dengan
Tuhan)sehingga Nur Ilahi tampak jelas didirinya. Ketiga Tasawuf
Amali,pendekatannya menggunakan Amaliah/wirid yang nantinya mengambil bentuk
tarikat. Namun ketiga bagian ini tujuannya sama yaitu mendekatkan diri kepada
Allah. Dengan mengamalkan Tasawuf baik yang berupa
Falsafi,Akhlak,maupan Amaliah, sesorang dengan sendirinya berakhlak baik.
3
Perbuatan yang demikian
itu bukan karena paksaan/terpaksa, melainkan dengan sendirinya/disengaja.
Tujuan akhlak seperti disingung merupakan tujuan sementara Tasawuf,karena
tujuan akhirnya ialah mencapai keridhoan Allah SWT. Oleh karena itu
Ulama Sufi sering mengatakan bahwa akhlak merupakan awal perjalanan tasawaf, sedangakan Tasawuf
merupakan akhir perjalanan akhlak.
C.
SASARAN AKHLAK
Akhlak juga mempunyai
sasaran dimana akhlak tersebut harus dijalankan, aspek-aspek sasaran akhlak
yakni :
- Akhlak kepada Allah
Akhlak kepada Allah yakni
pengakuan dan kesadaran bahwa tiada allah (Tuhan, yang
didahulukan) selain Allah SWT, dzat yang Maha Esa, dzat yang Maha suci atas
semua sifat-sifat terpuji-Nya, tidak ada satupun yang dapat menandingi
ke-Esaan-Nya, jangankan manusia, malaikat pun tidak ada yang
menjangkau hakikat-Nya.
Malaikat pun berucap : “Maha Suci
Engkau Wahai Allah, kami tidak mampu memuji-Mu, Pujian atas-Mu, adalah
yang Engkau pujikan kepada diri-Mu”. Teramati semua bahwa semua makhluk
menyucikan-Nya dari segala kekurangan dan menyertakan pujian kepada-Nya. Itulah
sebabnya mengapa al-Qur’an mengajarkan kita untuk menyucikan-Nya juga memerintahkan
kepada kita semua untuk berserah diri kepada Allah karena segala yang bersumber
dari Allah adalah baik, benar dan sempurna tidak ada kekurangan sedikitpun.
Di sini saya akan
menyampaikan beberapa ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan akhlak kepada
Allah, yakni :
1)
Dan katakanlah, "Segala puji bagi
Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu
akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan."
(QS.An-Naml (27): 93)
2)
Mahasuci Allah dan segala sifat yang
mereka sifatkan kepada-Nya, kecuali (dari) hamba-hamba Allah yang terpilih (QS
Ash-Shaffat [37]: 159-160).
3)
Dan para malaikat menyucikan sambil
memuji Tuhan mereka (QS Asy-Syura [42]: 5).
4
4)
Guntur menyucikan (Tuhan) sambil
memuji-Nya (QS Ar-Ra'd [13]: 13).
5)
Dan tidak ada sesuatu pun kecuali
bertasbih (menyucikan Allah) sambil memuji-Nya (QS Al-Isra' [17]: 44).
6)
(Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib,
tiada Tuhan melainkan Dia, maka jadikanlah Allah sebagai wakil (pelindung).
(QS. Al-Muzzammil (73): 9)
7)
Allah mengetahui dan kamu sekalian
tidak mengetahui (QS Al-Baqarah: 216).
8)
Apa saja nikmat yang kamu peroleh
adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, itu dan (kesalahan)
dirimu sendiri (QS An-Nisa' [4]: 79).
9)
Jalan orang-orang yang telah Engkau
anugerahi nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai, dan bukan (jalan) mereka
yang sesat (QS Al-Fatihah [1]: 7).
Sudah jelas digambarkan
bahwa begitu mulianya dzat Allah, oleh karena itu kita sebagai umat-Nya adalah
keharusan untuk menjalankan kewajiban dan menjauhi segala larangan-Nya juga
kesadaran bahwa petunjuk jalan kebaikan adalah bersumber dari Allah.
- Akhlak kepada Orang Tua
Orang tua menjadi sebab
adanya anak-anak, karena itu akhlak terhadap orang tua sangat ditekankan oleh
ajaran islam. Bahkan berdosa kepada orang tua termasuk dosa besar yang siksanya
tidak hanya di akhirat akan tetapi di dunia juga.
Prinsip-prinsip dalam
melaksanakan akhlak mahmudah terhadap orang tua adalah:
- patuh, yaitu mentaati perintah orang tua,
kecuali yang bertentangan dengan perintah Allah
- ihsan, yaitu berbuat baik kepada mereka
sepanjang hidupnya
- lemah lembut dalam perkataan maupun tindakan
- merendahkan diri di hadapannya
- berterima kasih
- berdoa untuk mereka.
Anak wajib patuh kepada
kedua orang tua, selama orang tua tidak mengajak syirik untuk menyekutukan
Allah, hal ini ditegaskan pada firman Allah yang artinya:
“Dan Kami perintahkan
kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada orang tua ibu bapaknya, ibunya telah
mengandung dalam keadaan yang lemah bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua
tahun, bersyukurlah kepadaku,
5
dan
kepada kedua orang tua ibu bapakmu, hanya kepadamulah engkau kembali, dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku suatu yang tidak ada
pengetahuan dengan itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergauilah
kepadanya di dunia dengan baik. (QS. Lukman : 23).
Begitu
peningnya kita untuk berbakti kepada orang tua, Allah telah memposisikan ini
setelah perintah manusia untuk tidak menyekutukan Allah sehingga berbuat baik
kepada orang tua berada di bawah satu tingkat setelah perintah tauhid
(monoteisme).
- Akhlak kepada Sesama Manusia
Beberapa ayat al-Qur’an
yang berhubungan dengan akhlak kita kepada sesama manusia sebagaimana berikut :
1)
Perkataan yang baik dan pemberian maaf
lebih baik daripada sedekah yang disertai dengan sesuatu yang menyakitkan
(perasaan si penerima) (QS Al-Baqarah [2]: 263).
2)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum kamu meminta izin dan memberi
salam kepada penghuninya (QS An-Nur [24]: 27).
3)
Tidak wajar seseorang mengucilkan
seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan,
atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggilnya dengan
sebutan buruk (Al-Hujurat [49]: 11-12).
4)
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu
dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini
dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membanggakan diri, dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara itu adalah suara keledai (QS. Luqman
: 31-18)
Karena manusia adalah
makhluk sosial yang saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain
hendaknya kita harus menjaga kesopanan, tutur kata yang lembut dan tidak
menyakiti seperti sebutan Al-Muhsin yaitu orang yang memiliki harga diri,
berkata benar, lemah lembut, juga seorang muslim yang mengikuti
petunjuk-petunjuk akhlak Al-qur’an.
6
- Akhlak kepada Lingkungan
Arti dari lingkungan
disini meliputi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik binatang,
tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak
yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia
sebagai khalifah. Ini berarti manusia harus bisa menjaga, mengayomi, memelihara
serta membimbing agar setiap makhluk tercapai tujuan atas penciptaanya. Sebagaimana
contoh islam tidak membenarkan mengambil buah yang belum masak, memetik bunga
yang belum mekar, karena hal ini tidak memberi kesempatan makhluk hidup untuk
mencapai tujuan penciptaanya. Dalam hal ini manusia harus dituntut untuk
menjaga kelangsungan lingkungan kita dan tidak melakukan kerusakan
karena setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai
perusakan pada diri manusia sendiri. Sebagaimana ayat al-Qur’an menjelaskan :
“Telah tampak kerusakan
di daratan dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka
kembali ke jalan yang benar” (QS. Ar-Rum : 41)
alam raya telah
ditundukkan Allah untuk manusia. Manusia dapat memanfaatkannya dengan
sebaik-baiknya. Namun pada saat yang sama, manusia tidak boleh tunduk dan
merendahkan diri kepada segala sesuatu yang telah direndahkan Allah untuknya,
berapa pun harga benda-benda itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh benda-benda
itu. Manusia dalam hal ini dituntut untuk selalu mengingat-ingat, bahwa ia
boleh meraih apa pun asalkan yang diraihnya serta cara meraihnya diridhoi Allah
SWT, sesuai dengan kaidah kebenaran dan keadilan.
7
D.
Perbedaan Antara Akhlak, Etika & Moral
A. Akhlak
Kata akhlaq
adalah jamak dari kata khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti
akhlaq sebagaimana telah disebutkan di atas. Baik kata akhlaq atau khuluq,
kedua-duanya dapat dijumpai pemakaiannya dalam al-qur’an dan al-sunnah,
misalnya: kata khu-luq terdapat dalam al-qur’an surat al-qalam, [68] ayat 4
yang mempunyai arti budi pekerti, surat al-syu’ara, [26] ayat 137 yang
mempunyai pengertian adat istiadat dan hadis riwayat al-tirmidzi berarti budi
pekerti, yaitu:
أَكْمَـلُ الْمـُؤْمِنِيـْنَ اِيـْمَانـًا اَحْسـَنُهُمْ خُلُـقًا
“orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang sempurna budi pekertinya.” (h.r. tirmizi)
Prof. Dr. Ahmad amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya disebut akhlak. Contohnya, bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan.
Di dalam ensiklopedia pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.
Di dalam al
mu’jam al-wasit disebutkan defenisi akhlak sebagai berikut:
اَلْخُلُقُ حَالٌ لِلنَّفْسِ رَاسِخَةٌتَصْدُرُعَنْهَااْلأَعْمَالُ مِنْ خَيْرٍاَوْشَرٍّمِنْ غَيْرِحَاجَةٍإِلَى فِكْرٍوَرُؤْيَةٍ
“akhlak ialah
sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan,
baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikirannya dan pertimbangan”
Senada dengan ungkapan di atas telah dikemukakan oleh imam gazali dalam kitabnya ihya-nya sebagai berikut:
اَلْخُلُقُ عِبَارَةٌعَنْ هَيْئَةٍفِى النَّفْسِ رَاسِخَةٌعَنْهَا تَصْدُرُاْلِانْفِعَالُ بِسُهُوْلَةٍوَيُسْرٍمِنْ غَيْرِحَاجَةِاِلَى فِكْرٍوَرُؤْيَةٍ
“al-khulk
ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”
8
Jadi, pada hakikatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah sesuatu
kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga
dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah
tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi
timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal
pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia sebaliknya apabila yang lahir
kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.
Al-khulk disebut sebagai kondisi atau sifat yang telah meresap dan terpatri
dalam jiwa, karena seandainya ada seseorang yang mendermakan hartanya keadaan
yang jarang sekali untuk suatu hajat dan secara tiba-tiba, maka bukanlah orang
yang demikian ini disebut orang yang dermawan sebagai pantulan dari
kepribadiannya.
B.
Etika
Perkataan etika berasal dari bahasa yunani ethos yang
berarti adat kebiasaan. Dalam pelajaran filasafat, etika merupakan bagian
daripadanya. Di dalam ensiklopedia pendidikan diterangkan bahwa etika adalah
filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Kecuali etika
mempelajari nilai-nilai, ia juga merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu
sendiri.[4] Di dalam kamus istilah pendidikan
dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan
keluhuran budi (baik dan buruk).[5]
Dilihat dari sudut terminologi salah satu pengertian etika,
di dalam New Masters Pictorial Encyclopedia dikatakan: Ethics is the
science of moral philosophy concerned not with fact, but with values; not with
the character of, but the ideal of human conduc.
(Etika ialah ilmu tentang filsafat moral, tidak
mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai, tidak mengenai sifat tindakan
manusia,tetapi tentang idenya).
Pemakaian istilah etika sering disamakan dengan pengertian
ilmu akhlak, namun jika diteliti secara seksama, maka sebenarnya antara
keduanya mempunyai segi-segi perbedaan disamping juga ada persamaannya.
Persamaanya antara lain terletak pada obyeknya, yaitu keduanya sama-sama
membahas buruk-baik tingkah laku manusia. Sedang perbedaannya, etika menentukan
buruk-baik perbuatan manusia dengan tolak ukur akal pikiran, ilmu akhlak menentukannya
dengan tolak ukur ajaran agama (Al-Qur’an dan Al-Hadits).
9
C.
Moral
Perkataan moral berasal dari bahasa latin mores yaitu jamak
dari mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia dikatakan bahwa moral adalah baik buruk perbuatan dan
kelakuan.
Di dalam Dictionary of Education dijelaskan bahwa moral
ialah a term used to delimit those characters, traits, intentions,
judgments or acts which can appropriately be designated as right, wrong, good,
bad. (Suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari
sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat
dikatakan benar,salah,baik,buruk.
Jadi, Persamaan antara ilmu akhlak, etika dan moral,
yaitu menentukan hukum/nilai perbuatan manusia dengan keputusan baik atau
buruk. Perbedaannya terletak pada tolak ukurnya masing-masing, dimana ilmu
akhlak dalam menilai perbuatan manusia dengan tolak ukur ajaran Al-Qur’an dan
Sunnah, etika dengan pertimbangan akal pikiran dan moral dengan adat kebiasaan
yang umum berlaku di masyarakat.
Perbedaan lain antara etika dan moral, yakni etika lebih
banyak bersifat teoritis sedang moral lebih banyak bersifat praktis. Etika
memandang tingkah laku manusia secara universal (umum), sedang moral secara
local. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu.
.
10
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga
ia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpamemerkan
pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu, serta tidak memerlukan
dorongan dari luar.
Etika ialah ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai
fakta, tetapi tentang nilai-nilai, tidak mengenai sifat tindakan manusia, tetapi
tentang idenya.
Moral ialah Suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara
layak dapat dikatakan benar, salah, baik, buruk.
Perbedaan antara ilmu akhlak, etika dan moral terletak pada
tolak ukurnya masing-masing, dimana ilmu akhlak dalam menilai perbuatan manusia
dengan tolak ukur ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, etika dengan pertimbangan akal
pikiran dan moral dengan adat kebiasaan yang umum berlaku di masayrakat.
B.
Kritik dan Saran
Demikian Makalah ini
saya susun, saya menyadari banyaknya kekurangan dalam Makalah ini. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah saya perlukan. Semoga dengan
makalah ini, saya dapat memberikan gambaran tentang Akhlak Dan Permasalahannya.
Akhirnya kata dengan mengucap syukur Alhamdulillah,
semoga apa yang saya kerjakan bermanfaat dan diridhoi oleh Allah S.W.T.
11
DAFTAR
PUSTAKA
·
Luis
Ma’luf, Kamus Al-Munjid, al-maktabah al-katulukiyah,Beirut,t.t., hlm.194
·
Salihun
A.Nasir,Tinjauan Akhlaq,(Surabaya:Al-Ikhlas,1991)hlm.14.
·
Husin
Al-Habsy,Kamus Al-kausar,(Surabaya:Assegaf,tt)hlm.87.
·
Soegarda
Poerbakawatja, op cit., hlm.82.
·
M.
Sastrapradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, Usaha
Nasional, Surabaya, 1981, hlm.144.
·
Lewis
Mulford Adams, New Masters Pictorial Encyclopedia, III, A
subsidiary of Publisher Co. Inc., New York, 1965, hlm. 460.
·
WJS
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indoneisa, PN. Balai
Pustaka,Jakarta, 1982, hlm. 654.
·
Carter
V Good (ed), op cit., hlm.372.
·
Ahmad
Amin, op cit., hlm.15.
·
Jame
Hastings (ed), “The Scope of Ethics”, Encyclopedia of Religion and
Ethics, vol.5, Charless Scribner’s Sons, NewYork, t.t., hlm.414.
·
Muhd.
Al Gazali, Khuluk al-Muslim, Darul Bayan, Kuwait, 1970,
hlm.34.
·
Mansur
Ali Rajab, op cit., hlm.23.
·
Barmawi
Umury,materi akhlaq,(solo:Ramadhani,1993)hlm.196
·
Asmran As,pengantar
studi akhlaq(Jakarta:rajawali pers,1992),hlm.9
·
Harun
Nasution dkk,Ensiklopedia Islam Indonesia(Jakarta:djambatan,1992),hlm.9.8
http://superiandriyan.blogspot.com/2014/11/makalah-akhlak-dan-permasalahannya.html
http://superiandriyan.blogspot.com/2014/11/makalah-akhlak-dan-permasalahannya.html