Selasa, 04 November 2014

MAKALAH AKHLAK DAN PERMASALAHANNYA

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam kamus al-munjid berarti budi pekerti, perangai tingkah laku tau tabiat. Di dalam da’iratul ma’arif  dikatakan:

اَلْاَخْلاَقُ هِىَ صِفَاتُ تُ اْلِانْسَانِ اْلاَدَبِيِّةُ
“akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perkataan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.


B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan akhlak, etika, dan moral?
2.      Bagaimana sasaran akhlak menurut aspek – aspek sasaran akhlak?
3.      Apa saja kah tolak ukur penilaian akhlak?

C.     Tujuan Makalah
1.      Mengetahui perbedaaan antara akhlak, etika, dan moral !
2.      Mengetahui tolak ukur penilaian akhlak !
3.      Mengetahui akhlak secara defenisinya !





1
BAB II
PEMBAHASAN

AKHLAK DAN PERMASALAHANNYA

A.     Defenisi Akhlak

Secara terminologis ada beberapa defenisi tentang akhlaq yaitu diantaranya:
  1. Imam Al-Ghozali
Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan - perbuatan dengan gampang dan mudah ,tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
  1. Ibrahim Anis
Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa ,yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan ,baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbanga.
  1. Soergarda Poerbakawatja
Akhlaq adalah budi pekerti ,watak,kesusilaan,,dan kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliqnya dan terhadap sesama manusia.
Ketiga defenisi yang dikutip diatas sepakat menyatakan bahwa akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpamemerkan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar
Disamping istlah akhlaq, juga dikenal istilah etika dan moral .ketiga istilah tersebut sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia.perbedaannya terletak pada standar masing-masing.bagi akhlaq standarnya adalah Al-Qur’an dan sunnah.;bagi etika standarnya terletak pada pertimbanganakal pikiran;dan bagi moral standarnya adapt kebasaan yang umum berlaku dalam masyarakat.
Sekalipun dalam pengertian istilah di atas dapat dibedakan namun dalam pembicaraan sehari-hari,bahkan dalam beberapa literature keislaman,penggunaannya sering tumpang tindih.misalnya judul buku Ahmad Amin,Al-Akhlaq,diterjemahkan oleh Prof.Farid Ma’ruf dengan etika(ilmu akhlaq).dalm kamus Indonesia-inggris karya Jhon M .Echols dan Hasan Shadily,moral juga diartikn akhlaq.


2
B.     TOLAK UKUR PENILAIAN AKHLAK

A.    Mnurut Ahlusunnah
Perbuatan atau akhlak yang terkandung dalam perintah atau larangan dalam agama islam tidak dapat dinilai baik atau buruk,wajib atau haram, mulia atau hina. Ahlusunnah memandang bahwa perbuatan manusia merupakan sifat asasi dalam diri setiap manusia yang berbuat baik atau buruk.
B.     Menurut Jabariyah
Akhlak merupakan pembawah sejak lahir,orang yang bertingkah laku baik atau buruk karena pembawanya sejak lahir. Karenanya, akhlak tidak bisa diubah melalui pendidikan atau latihan. Karena pendapat mereka (Jabariyah) manusia sama sekali tidak memiliki kebebasan dalam membentuk kehendak dan perbuatan tetapi semua ditentukan oleh Allah sedangkan manusia hanya dikendalikan oleh Allah. Dan untuk menilai Akhlak baik atau buruk maka agamalah yang menentukan.
C.     Menurut Qodariyah
Menusia mempunyai kemerdekaan dan kekuasaan atas perbuatannya sendiri. Menurut paham mereka (Qodariyah) manusia memang mempunyai bagian dalam mewujudkan perbuatannya.  Meskipun Tuhan berkuasa atas dirinya. Paham ini juga berpendapat bahwa penilaian akhlak baik atau buruk terhadap perbuatan manusia ditentukan oleh agamanya, namun manusia diberi kebebasan untuk melakukan apa yang dikehendakinya.

D.    Menurut Kaum Shufiyah
Para ahli Tasawuf pada umumnya membagi Tasawuf menjadi tiga bagian, pertama Tasawuf Falsafai,pendekatannya menggunakan rasio/akal pikiran. Kedua Tasawuf Akhlaki,pendekatannya menggunakan Akhlak yang tahapannya terdiri dari Takhalli (mengosongkan diri dari akhlak buruk), Tahalli (menghiasi dengan akhlak terpuji), Tajalli (terbukanya dinding penghalang antara manusia dengan Tuhan)sehingga Nur Ilahi tampak jelas didirinya. Ketiga Tasawuf Amali,pendekatannya menggunakan Amaliah/wirid yang nantinya mengambil bentuk tarikat. Namun ketiga bagian ini tujuannya sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah. Dengan mengamalkan Tasawuf baik yang berupa Falsafi,Akhlak,maupan Amaliah, sesorang dengan sendirinya berakhlak baik.

3
Perbuatan yang demikian itu bukan karena paksaan/terpaksa, melainkan dengan sendirinya/disengaja. Tujuan akhlak seperti disingung merupakan tujuan sementara Tasawuf,karena tujuan akhirnya ialah mencapai keridhoan Allah SWT. Oleh karena itu Ulama Sufi sering mengatakan bahwa akhlak merupakan awal perjalanan tasawaf, sedangakan Tasawuf merupakan akhir perjalanan akhlak.


C.     SASARAN AKHLAK

Akhlak juga mempunyai sasaran dimana akhlak tersebut harus dijalankan, aspek-aspek sasaran akhlak yakni :
  1. Akhlak kepada Allah
Akhlak kepada Allah yakni pengakuan dan kesadaran bahwa tiada allah (Tuhan, yang didahulukan) selain Allah SWT, dzat yang Maha Esa, dzat yang Maha suci atas semua sifat-sifat terpuji-Nya, tidak ada satupun yang dapat menandingi ke-Esaan-Nya, jangankan manusia, malaikat pun tidak ada yang menjangkau hakikat-Nya.
Malaikat pun berucap : “Maha Suci Engkau Wahai Allah, kami tidak mampu memuji-Mu, Pujian atas-Mu, adalah yang Engkau pujikan kepada diri-Mu”. Teramati semua bahwa semua makhluk menyucikan-Nya dari segala kekurangan dan menyertakan pujian kepada-Nya. Itulah sebabnya mengapa al-Qur’an mengajarkan kita untuk menyucikan-Nya juga memerintahkan kepada kita semua untuk berserah diri kepada Allah karena segala yang bersumber dari Allah adalah baik, benar dan sempurna tidak ada kekurangan sedikitpun.
Di sini saya akan menyampaikan beberapa ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan akhlak kepada Allah, yakni :
1)      Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan." (QS.An-Naml (27): 93)
2)      Mahasuci Allah dan segala sifat yang mereka sifatkan kepada-Nya, kecuali (dari) hamba-hamba Allah yang terpilih (QS Ash-Shaffat [37]: 159-160).
3)      Dan para malaikat menyucikan sambil memuji Tuhan mereka (QS Asy-Syura [42]: 5).



4
4)      Guntur menyucikan (Tuhan) sambil memuji-Nya (QS Ar-Ra'd [13]: 13).
5)      Dan tidak ada sesuatu pun kecuali bertasbih (menyucikan Allah) sambil memuji-Nya (QS Al-Isra' [17]: 44).
6)      (Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka jadikanlah Allah sebagai wakil (pelindung). (QS. Al-Muzzammil (73): 9)
7)      Allah mengetahui dan kamu sekalian tidak mengetahui (QS Al-Baqarah: 216).
8)      Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, itu dan (kesalahan) dirimu sendiri (QS An-Nisa' [4]: 79).
9)      Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai, dan bukan (jalan) mereka yang sesat (QS Al-Fatihah [1]: 7).
Sudah jelas digambarkan bahwa begitu mulianya dzat Allah, oleh karena itu kita sebagai umat-Nya adalah keharusan untuk menjalankan kewajiban dan menjauhi segala larangan-Nya juga kesadaran bahwa petunjuk jalan kebaikan adalah bersumber dari Allah.

  1. Akhlak kepada Orang Tua
Orang tua menjadi sebab adanya anak-anak, karena itu akhlak terhadap orang tua sangat ditekankan oleh ajaran islam. Bahkan berdosa kepada orang tua termasuk dosa besar yang siksanya tidak hanya di akhirat akan tetapi di dunia juga.
Prinsip-prinsip dalam melaksanakan akhlak mahmudah terhadap orang tua adalah:
  1. patuh, yaitu mentaati perintah orang tua, kecuali yang bertentangan dengan perintah     Allah
  2. ihsan, yaitu berbuat baik kepada mereka sepanjang hidupnya
  3. lemah lembut dalam perkataan maupun tindakan
  4. merendahkan diri di hadapannya
  5. berterima kasih
  6. berdoa untuk mereka.
Anak wajib patuh kepada kedua orang tua, selama orang tua tidak mengajak syirik untuk menyekutukan Allah, hal ini ditegaskan pada firman Allah yang artinya:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada orang tua ibu bapaknya, ibunya telah mengandung dalam keadaan yang lemah bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku,

5
dan kepada kedua orang tua ibu bapakmu, hanya kepadamulah engkau kembali, dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku suatu yang tidak ada pengetahuan dengan itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergauilah kepadanya di dunia dengan baik. (QS. Lukman : 23).
Begitu peningnya kita untuk berbakti kepada orang tua, Allah telah memposisikan ini setelah perintah manusia untuk tidak menyekutukan Allah sehingga berbuat baik kepada orang tua berada di bawah satu tingkat setelah perintah tauhid (monoteisme).

  1. Akhlak kepada Sesama Manusia
Beberapa ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan akhlak kita kepada sesama manusia sebagaimana berikut :
1)      Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima) (QS Al-Baqarah [2]: 263).
2)      Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum kamu meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya (QS An-Nur [24]: 27).
3)      Tidak wajar seseorang mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggilnya dengan sebutan buruk (Al-Hujurat [49]: 11-12).
4)      Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri, dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara itu adalah suara keledai (QS. Luqman : 31-18)
Karena manusia adalah makhluk sosial yang saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain hendaknya kita harus menjaga kesopanan, tutur kata yang lembut dan tidak menyakiti seperti sebutan Al-Muhsin yaitu orang yang memiliki harga diri, berkata benar, lemah lembut, juga seorang muslim yang mengikuti petunjuk-petunjuk akhlak Al-qur’an.





6
  1. Akhlak kepada Lingkungan
Arti dari lingkungan disini meliputi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Ini berarti manusia harus bisa menjaga, mengayomi, memelihara serta membimbing agar setiap makhluk tercapai tujuan atas penciptaanya. Sebagaimana contoh islam tidak membenarkan mengambil buah yang belum masak, memetik bunga yang belum mekar, karena hal ini tidak memberi kesempatan makhluk hidup untuk mencapai tujuan penciptaanya. Dalam hal ini manusia harus dituntut untuk menjaga kelangsungan lingkungan kita dan tidak melakukan kerusakan karena setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri. Sebagaimana ayat al-Qur’an menjelaskan :
“Telah tampak kerusakan di daratan dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” (QS. Ar-Rum : 41)
alam raya telah ditundukkan Allah untuk manusia. Manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Namun pada saat yang sama, manusia tidak boleh tunduk dan merendahkan diri kepada segala sesuatu yang telah direndahkan Allah untuknya, berapa pun harga benda-benda itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh benda-benda itu. Manusia dalam hal ini dituntut untuk selalu mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih apa pun asalkan yang diraihnya serta cara meraihnya diridhoi Allah SWT, sesuai dengan kaidah kebenaran dan keadilan.













7
D.    Perbedaan Antara Akhlak, Etika  &  Moral

A.     Akhlak

Kata akhlaq adalah jamak dari kata khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlaq sebagaimana telah disebutkan di atas. Baik kata akhlaq atau khuluq, kedua-duanya dapat dijumpai pemakaiannya dalam al-qur’an dan al-sunnah, misalnya: kata khu-luq terdapat dalam al-qur’an surat al-qalam, [68] ayat 4 yang mempunyai arti budi pekerti, surat al-syu’ara, [26] ayat 137 yang mempunyai pengertian adat istiadat dan hadis riwayat al-tirmidzi berarti budi pekerti, yaitu:

أَكْمَـلُ الْمـُؤْمِنِيـْنَ اِيـْمَانـًا اَحْسـَنُهُمْ خُلُـقًا
“orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang sempurna budi pekertinya.”
(h.r. tirmizi)

Prof. Dr. Ahmad amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya disebut akhlak. Contohnya, bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan.
Di dalam ensiklopedia pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.
Di dalam al mu’jam al-wasit disebutkan defenisi akhlak sebagai berikut:

اَلْخُلُقُ حَالٌ لِلنَّفْسِ رَاسِخَةٌتَصْدُرُعَنْهَااْلأَعْمَالُ مِنْ خَيْرٍاَوْشَرٍّمِنْ غَيْرِحَاجَةٍإِلَى فِكْرٍوَرُؤْيَةٍ
“akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikirannya dan pertimbangan”

Senada dengan ungkapan di atas telah dikemukakan oleh imam gazali dalam kitabnya ihya-nya sebagai berikut:

اَلْخُلُقُ عِبَارَةٌعَنْ هَيْئَةٍفِى النَّفْسِ رَاسِخَةٌعَنْهَا تَصْدُرُاْلِانْفِعَالُ بِسُهُوْلَةٍوَيُسْرٍمِنْ غَيْرِحَاجَةِاِلَى فِكْرٍوَرُؤْيَةٍ
“al-khulk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”



8
Jadi, pada hakikatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah sesuatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.
Al-khulk disebut sebagai kondisi atau sifat yang telah meresap dan terpatri dalam jiwa, karena seandainya ada seseorang yang mendermakan hartanya keadaan yang jarang sekali untuk suatu hajat dan secara tiba-tiba, maka bukanlah orang yang demikian ini disebut orang yang dermawan sebagai pantulan dari kepribadiannya.

B.     Etika
Perkataan etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat kebiasaan. Dalam pelajaran filasafat, etika merupakan bagian daripadanya. Di dalam ensiklopedia pendidikan diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Kecuali etika mempelajari nilai-nilai, ia juga merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.[4] Di dalam kamus istilah pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk).[5]
Dilihat dari sudut terminologi salah satu pengertian etika, di dalam New Masters Pictorial Encyclopedia dikatakan: Ethics is the science of moral philosophy concerned not with fact, but with values; not with the character of, but the ideal of human conduc.
 (Etika ialah ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai, tidak mengenai sifat tindakan manusia,tetapi tentang idenya).
Pemakaian istilah etika sering disamakan dengan pengertian ilmu akhlak, namun jika diteliti secara seksama, maka sebenarnya antara keduanya mempunyai segi-segi perbedaan disamping juga ada persamaannya. Persamaanya antara lain terletak pada obyeknya, yaitu keduanya sama-sama membahas buruk-baik tingkah laku manusia. Sedang perbedaannya, etika menentukan buruk-baik perbuatan manusia dengan tolak ukur akal pikiran, ilmu akhlak menentukannya dengan tolak ukur ajaran agama (Al-Qur’an dan Al-Hadits).




9
C.     Moral
Perkataan moral berasal dari bahasa latin mores yaitu jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah baik buruk perbuatan dan kelakuan.
Di dalam Dictionary of Education dijelaskan bahwa moral ialah a term used to delimit those characters, traits, intentions, judgments or acts which can appropriately be designated as right, wrong, good, bad. (Suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar,salah,baik,buruk.
Jadi, Persamaan antara ilmu akhlak, etika dan moral, yaitu menentukan hukum/nilai perbuatan manusia dengan keputusan baik atau buruk. Perbedaannya terletak pada tolak ukurnya masing-masing, dimana ilmu akhlak dalam menilai perbuatan manusia dengan tolak ukur ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, etika dengan pertimbangan akal pikiran dan moral dengan adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.
Perbedaan lain antara etika dan moral, yakni etika lebih banyak bersifat teoritis sedang moral lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara universal (umum), sedang moral secara local. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu.

.













10
BAB III
PENUTUP


A.     KESIMPULAN

Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpamemerkan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
Etika ialah ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai, tidak mengenai sifat tindakan manusia, tetapi tentang idenya.
Moral ialah Suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, buruk.
Perbedaan antara ilmu akhlak, etika dan moral terletak pada tolak ukurnya masing-masing, dimana ilmu akhlak dalam menilai perbuatan manusia dengan tolak ukur ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, etika dengan pertimbangan akal pikiran dan moral dengan adat kebiasaan yang umum berlaku di masayrakat.


B.     Kritik dan Saran
            Demikian Makalah ini saya susun, saya menyadari banyaknya kekurangan dalam Makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah saya perlukan. Semoga dengan makalah ini, saya dapat memberikan gambaran tentang Akhlak Dan Permasalahannya.
Akhirnya kata dengan mengucap syukur Alhamdulillah, semoga apa yang saya kerjakan bermanfaat dan diridhoi oleh Allah S.W.T.
                              



11

DAFTAR PUSTAKA


·        Luis Ma’luf, Kamus Al-Munjid, al-maktabah al-katulukiyah,Beirut,t.t., hlm.194
·        Salihun A.Nasir,Tinjauan Akhlaq,(Surabaya:Al-Ikhlas,1991)hlm.14.
·        Husin Al-Habsy,Kamus Al-kausar,(Surabaya:Assegaf,tt)hlm.87.
·        Soegarda Poerbakawatja, op cit., hlm.82.
·        M. Sastrapradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, Usaha Nasional, Surabaya, 1981, hlm.144.
·        Lewis Mulford Adams, New Masters Pictorial Encyclopedia, III, A subsidiary of Publisher Co. Inc., New York, 1965, hlm. 460.
·        WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indoneisa, PN. Balai Pustaka,Jakarta, 1982, hlm. 654.
·        Carter V Good (ed), op cit., hlm.372.
·        Ahmad Amin, op cit., hlm.15.
·        Jame Hastings (ed), “The Scope of Ethics”, Encyclopedia of Religion and Ethics, vol.5, Charless Scribner’s Sons, NewYork, t.t., hlm.414.
·        Muhd. Al Gazali, Khuluk al-Muslim, Darul Bayan, Kuwait, 1970, hlm.34.
·        Mansur Ali Rajab, op cit., hlm.23.
·        Barmawi Umury,materi akhlaq,(solo:Ramadhani,1993)hlm.196
·        Hamzah Ya’qub,Etika islam(bndung:diponegoro,1992),hlm.126.
·        Asmran As,pengantar studi akhlaq(Jakarta:rajawali pers,1992),hlm.9


·        Harun Nasution dkk,Ensiklopedia Islam Indonesia(Jakarta:djambatan,1992),hlm.9.8
http://superiandriyan.blogspot.com/2014/11/makalah-akhlak-dan-permasalahannya.html