BAB II
PEMBAHASAN
Ø Monumen
Pahlawan Revolusi
Monumen Pancasila Sakti
Monumen Pancasila Sakti dibangun atas gagasan Presiden ke-2 Indonesia, Soeharto. Dibangun di atas
tanah seluas 14,6 hektare. Monumen ini dibangun dengan tujuan mengingat
perjuangan para Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi negara Republik Indonesia, Pancasila dari
ancaman ideologi komunis.
Keenam pahlawan revolusi tersebut adalah:
·
Panglima Angkatan Darat
Letjen TNI Ahmad Yani,
·
Mayjen TNI R. Suprapto
·
Mayjen TNI M.T. Haryono
·
Mayjen TNI Siswondo Parman
·
Brigjen TNI DI Panjaitan
·
Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo
Jenderal TNI A.H. Nasution juga
disebut sebagai salah seorang target namun dia selamat dari upaya pembunuhan
tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani
Nasution dan ajudan AH Nasution, Lettu Pierre Tendean tewas
dalam usaha pembunuhan tersebut.
Monumen yang terletak di daerah Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur ini,
berisikan bermacam-macam hal dari masa pemberontakan G30S - PKI, seperti pakaian asli para Pahlawan Revolusi.
Sejarah Dibangunnya Monumen Pancasila Sakti
Monumen ini dibangun di atas
lahan seluas 9 Hektar, atas prakarsa Presiden ke-2 RI, Soeharto. Dibangun untuk
mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi negara Republik Indonesia,Pancasila dari ancaman ideologi komunis.
Monumen ini terletak Kelurahan Lubang Buaya,
Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di
sebelah selatan terdapat markas besar Tentara Nasional
Indonesia, Cilangkap, sebelah utara adalah Bandar
Udara Halim Perdanakusuma, sedangkan sebelah
timur adalah Pasar Pondok Gede, dan
sebelah barat, Taman Mini Indonesia
Indah.
Sebelum menjadi sebuah museum sejarah, tempat ini
merupakan tanah atau kebun kosong yang dijadikan sebagai tempat pembuangan terakhir
para korban Gerakan 30 September 1965 (G30S).
Di kawasan kebun kosong itu terdapat sebuah lubang sumur tua sedalam 12 meter yang digunakan untuk membuang jenazah para
korban G30S. Sumur tua itu berdiameter 75 Cm.
Kompleks Monumen
Monumen ini berdiri di
atas lahan seluas 9 Hektar dan tediri dari beberapa tempat yang bersejarah Museum Pengkhianatan PKI (Komunis), Sumur Tua tempat membuang jenazah 7 Pahlawan Revolusi, Rumah Penyiksaan, Pos Komando, Dapur Umum, Mobil-Mobil tua peninggalan Pahlawan Revolusi dan Museum Paseban.
A. Museum Pengkhianatan PKI (Komunis)
Museum Pengkhianatan PKI menceritakan sejarah
pemberontakan-pemberontakan PKI yang bertujuan menggantikan dasar negara
Pancasila dengan komunis yang bertentangan dengan Pancasila, sampai pada
pemberontakan kedua yang terkenal dengan nama Gerakan Tiga Puluh September atau
G-30-S/PKI, diawal pintu masuk kita akan disambut dengan beberapa koleksi foto Pemberontakan
PKI, Pengangkatan Jenazah 7 Pahlawan revolusi, dan
beberapa diorama yang
menceritakan tentang Pemberontakan
PKI di berbagai Daerah di Indonesia.
B. Sumur Maut
Sumur Tua ini adalah tempat membuang 7 Pahlawan Revolusi: -
Jend. Anumerta Ahmad Yani - Mayjen. Anumerta Donald Isaaccus Panjaitan -
Letjen. Anumerta M.T. Haryono - Kapten CZI Anumerta Pierre Andreas Tendean -
Letjen. Anumerta Siswandono Parman - Letjen. Anumerta Suprapto - Mayjen.
Anumerta Sutoyo Siswomiharjo
Jenazah ke-7 pahlawan itu ditemukan di sebuah sumur tua yang
sekarang dinamai Lubang Buaya , di daerah Lubang Buaya , dekat lapangan terbang
Halim Perdanakusumah, Jakarta. Sedangkan jenazah Brigjen Katamso Dharmakusumo
dan Kol. Sugiyono Mangunwiyoto ditemukan di Desa Kentungan, Yogyakarta. Selain
itu, gugur pula AIP II Brimob Karel Sasuit Tubun dan Ade Irma Suryani Nasution,
putri dari Jend. A.H: Nasution.
C. Rumah Penyiksaan
Rumah Penyiksaan adalah tempat para Pahlawan Revolusi disiksa untuk menandatangani surat pernyataan untuk mendukung komunisme di Indonesia, mereka
disiksa seblum
akhirnya dibunuh, ditempat ini ditampilkan diorama penyiksaan 7 pahlawan Revolusi beserta kisah dimulainya Pemberontakan
PKI, dahulu tempat ini merupakan sebuah
sekolah rakyat atau sekarang lebih dikenal SD dan dialih fungsikan oleh PKI sebagai tempat penyiksaan kejam paraPahlawan Revolusi.
D. Pos Komando
Tempat
ini adalah milik seorang penduduk RW 02 Lubang Buaya bernama Haji Sueb. Tampat
ini dipakai oleh pimpinanG/30S/PKI yaitu Letkol Untung dalam
rangka perencanaan Penculikan terhadap 7 Pahlawan Revolusi, di
dalamnya masih ada barang-barang asli yang menjadi saksi bisu kekejaman PKI seperti : 3 buah Petromaks, Mesin
Jahit, dan Lemari Kaca.
E. Dapur Umum
Tempat ini sebenarnya sebuah rumah yang dialihfungsikan oleh PKI sebagai dapur
Umum, rumah yang statusnya milik Ibu Amroh
ini dipakai sebagai tempat sarana konsumsi anggota G30S/PKI, oleh karaena itu
Ibu Amroh yang sehari-harinya berjualan Pakaian keliling
meninggalkan rumah dalam keadaan tidak terkunci dan diperintahkan oleh para
anggota PKIuntuk meninggalkan rumahnya dalam keadaan terkunci, tetapi
saat kembali ternyata rumahnya sudah dalam keadaan berantakan, hanpir semua
benda di rumah tersebut menghilang.
F. Museum Paseban
Museum Paseban yang terletak di Kompleks Monumen
Pahlawan Revolusi ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada
tanggal 1 Oktober 1981 bertepatan dengan Dwi Wndu Hari Kesaktian Pancasila,
di dalam ruangan ini terdapat beberapa diorama sebagai berikut:
·
Rapat-Rapat Persiapan Pemberontakan (September 1965)
·
Latihan sukarelawan di Lubang Buaya (5 Juli-30 September
1965)
·
Penculikan Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani (1 Oktober 1965)
·
Penganiayaan di Lubang Buaya (1 Oktober 1965)
·
Pengamanan Lanuma Halim Perdanakusuma (2 Oktober 1965)
·
Pengangkatan Jenazah Pahlawan Revolusi (4 Oktober 1965)
·
Proses lahirnya Supersemar (11 Maret 1966)
·
Pelantikan Jenderal Soeharto sebagai Presiden (12 Maret 1967)
·
Tindak Lanjut Pelarangan PKI (26 Juni 1982)
Usaha terhadap Pemerintah RI dan mengganti dasar negara
Pancasila telah dua kali dijalankan, yang pertama pada tahun 1948, dikenal
sebagai pemberontakan PKI Muso di Madiun dan yang kedua ialah pemberontakan G
30 S PKI dalam bulan September 1965. Selain itu tempat ini juga terdapat Foto
ke 7 Pahlawan Revolusi, yang
ukuran foto tersebut sudah diperbesar dari aslinya.
Dan adanya Ruang Relik yang merupakan tempat dipamerkannya barang - barang,
terutama pakaian yang mereka
kenakan ketika mereka d culik, di siksa, sampai akhirnya di bunuh, berikut dengan hasil visum dari dokter. Selain itu terdapat pula Aqualung sebuah alat bantu pernapasan yang digunakan untuk mengangkat
jenazah 7 Pahlawan Revolusi dari dalam sumur tua. Selain itu terdapat pula Ruang Teater yang memutar rekaman bersejarah pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi,
Pemakaman ke Taman Makam Pahlawan
Kalibata, dan lain-lain, masa putar rekaman ini
kurang lebih 30 menit.
Dan terdapat Ruang
pameran Foto yang menyajikan foto-foto pengangkatan Jenazah Pahlawan Revolusi dan pemakamannya di Taman Makam Pahlawan
Kalibata.
G. Bayt Al Qur'an dan Museum Istiqlal
Karya-karya
unggulan para ulama dan intelektual muslim Nusantara sejak abad ke-17 sampai
abad ke-20 yang bernilai historis dapat disaksikan di sini. Warisan budaya
berupa mushaf, manuskrip Al Qur’an, arsitektur, seni rupa islami yang memiliki
keindahan seni juga tersimpan. Bayt
al Qur’an & Museum Istiqlal, memang menghadirkan pesona untuk
direnungkan.
Bayt
al Qur’an & Museum Istiqlal merupakan kesatuan dari dua lembaga yang
berbeda namun dalam kesatuan konsep. Bayt al Qur’an, yang berarti rumah Al
Qur’an, dengan materi pokok berupa peragaan yang berkaitan dengan Al Qur’an,
sedangkan Museum Istiqlal menampilkan hasil-hasil kebudayaan Islam Indonesia.
Bayt
al-Qur’an & Museum Istiqlal (BQ&MI) yang menempati areal seluas 20.013
m2 dibuka untuk umum tanggal 20 April 1997 bersamaan dengan peresmian oleh
Presiden Soeharto. Tujuannya untuk menampilkan Islam sebagai pemersatu bangsa
dari berbagai etnik di Indonesia dengan menampilkan ajaran dan kebudayaan Islam
Indonesia yang berkualitas dan kreatif dalam upaya untuk memantapkan jatidiri
bangsa, menampilkan wajah Indonesia yang mempunyai penduduk muslim terbesar di
dunia dalam percaturan internasional melalui kajian sejarah perkembangan ajaran
Islam dan implementasinya dalam seni dan budaya, menyampaikan makna yang lebih
dalam tentang ajaran Islam dan karakter kebudayaannya yang bersifat terbuka,
otentik, toleran, progresif dan kosmopolitan; dan sebagai pemicu (trigger)
untuk pengkajian ajaran dan kebudayaan Islam secara lebih dalam khususnya di
Indonesia dan umumnya di Asia Tenggara.
Ruang
pamer Bayt al-Qur’an menghadirkan beragam seni mushaf dari dalam dan luar
negeri, seperti Mushaf Istiqlal yang menjadi primadona pada Festival Istiqlal
II 1995, Mushaf Wonosobo, yang merupakan terbesar hasil kreasi dua orang santri
Pondok Pesantren al- Asy’ariah, Wonosobo, Jawa Tengah, Mushaf Sundawi yang
menampilkan iluminasi ragam hias khas Jawa Barat, dan Mushaf Malaysia yang
menampilkan iluminasi ragam khas Malaysia.
Ditampilkan
pula al-Qur’an standar Departemen Agama RI, al-Qur’an biasa dan al-Qur’an
Braille untuk umat Islam tunanetra. Disajikan juga al-Qur’an Interaktif dalam
bentuk software (perangkat lunak) computer yang dapat dioperasikan secara
digital seperti program-program aplikasi komputer lainnya.
Ruang
peraga Museum Istiqlal menyimpan dan memamerkan benda-benda budaya yang telah
berabad lamanya, menembus peradaban suku, bahasa, daerah, dan adat istiadat di
Indonesia. Kejayaan historis masa lalu dan masa kini berbaur dalam suatu
peristiwa. Manuskrip al-Qur’an, benda-benda tradisi dan warisan, arsitek, seni
rupa kontemporer, serta benda islami lainnya, semua tersimpan di sini, sebagai
hasil implementasi dan implikasi budaya yang bersumber dari al-Qur’an.
Bangunan
Bayt al-Qur’an & Museum Istiqlal berlantai 4 dengan lingkungan yang jauh
dari polusi memiliki fasilitas ruangan yang lengkap seperti, serba guna (main
hall), auditorium, audiovisual, ruang kelas, pameran, balkon, dan lain-lain.
Semua itu dapat digunakan untuk mengadakan kegiatan seperti, seminar,
pertunjukkan, pameran, perlombaan, forum ilmiah, syukuran, dan lain-lain.
H.
Museum
Penerangan
Museum penerangan adalah
salah satu media yang mengumpulkan, mempelajari, menggelar dan merawat objek
sejarah penerangan dan komunikasi, sekaligus merupakan media komunikasi masa
keenam setelah tatap muka, radio, TV, film dan pers. Museum penerangan
menempati lahan seluas 10.850 m2 dengan luas bangunan 3.980 m2. Didirikan atas prakarsa Ibu Tien Soeharto dan
diresmikan pada tanggal 20 April 1993 oleh Presiden Soeharto. Bangunan museum
berbentuk bintang bersudut lima yang melambangkan Pancasila dan lima unsur
penerangan. Di halaman depan terdapat tugu yang menyangga lambing penerangan
“Api nan Tak Kunjung Padamâ€, dikelilingi oleh lima
patung juru penerang serta air mancur, pertemuan air dari atas tugu dengan air
yang memancar dari bawah melambangkan hubungan timbal balik antara pemerintah,
masyarakat dan media masa. Bangunan terdiri dari tiga lantai, melambangkan
kehidupan masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Puncak gedung berbentuk
silinder, mencitrakan kenthongan sebagai unsur penerangan tradisional,
menyangga menara antenna sebagai unsur modern.
Pameran ditata di luar
dan di dalam gedung, yang secara keseluruhan menggambarkan sejarah penerangan
sejak pergerakan nasional hingga masa Indonesia modern. Koleksi di luar gedung
atara lain empat mobil siaran luar Televisi Republik Indonesia (TVRI), mobil
panggung penerangan, mobil unit Sinerama PFN, mobil siaran luar Radio Republik
Indonesia (RRI), serta mobil siaran luar TVRI pertama untuk meliput Asian
Games IV di Jakarta tahun
1962, yang tercatat sebagai awal berdirinya TVRI dan mesin cetak tiga zaman.
Koleksi lantai satu
berupa benda-benda yang mempunyai nilai sejarah informasi dan komunikasi dari
film, radio, televise, media tatap muka, termasuk media tradisional, serta
perkembangan media pers dan grafika berikut 17 patung setengah badan tokoh
informasi dan komunikasi. Selain itu terdapat 4 diorama kecil operasional
penerangan di bidang pependes, pencerdasan kehidupan bangsa, penanggulangan
bencana alam, dan kelompencapir. Koleksi lain berupa mesin ketik huruf Jawa
yang digunakan sejak tahun 1917 oleh Keraton Surakarta, kamera perekam rapat
kabinet RI pertama, Radio Oemoem tahun 1040, dan sebagainya. Di lantai ini
terdapat perpustakaan dan teater mini berdaya tamping 60 pengunjung, dilengkapi
tata suara modern, dan dapat digunakan untuk menyampaikan informasi secara
audio visual serta pemutaran film documenter.
Pameran di lantai 2
meliputi relief berukuran panjang 100 m dan lebar 1,5 m yang menggambarkan
sejarah penerangan Indonesia selama lima periode, peran penerangan dalam
membangun kesatuan dan persatuan bangsa, dan penyampaian informasi melalui
media cetak dan elektronik baik tradisional maupun modern. Di lantai dua juga
terdapat tujuh diorama yang menggambarkan kegiatan penerangan dalam
membangkitkan Nasionalisme, menyatukan bangsa, dan mengisi kemerdekaan dengan
pembangunan, termasuk percetakan Koran Retno Dhoemilah. Di samping itu,
terdapat lukisan wajah Dr, Wahidin Soedirohusodo karya Sumidjo, berukuran 8 m
x7 m yang merupakan lukisan terbesar di Indonesia dan memperoleh sertifikat MURI.
Koleksi lantai tiga
meliputi tiga studio mini PFN, studio mini RRI, TVRI dan display foto transparan. Hingga kini,
museum penerangan mengharapkan peran serta masyarakat untuk bersama-sama
mengemembangkan museum penerangan. Peran serta itu akan diletakkan di tempat
terhormat. Sebagai contoh, koleksi sumbangan Djamaludin Adinegoro, Ismail
Marzuki, dan Adam Malik menempati ruang istimewa di Museum Penerangan TMII.
DAFTAR PUSTAKA