DAFTAR ISI
Kata
Pengantar...............................................................................................................................................
i
Daftar
Isi........................................................................................................................................................
ii
BAB
I : Pendahuluan....................................................................................................................................
1
A.
Latar Belakang...................................................................................................................................
1
B.
Tujuan Makalah.................................................................................................................................
1
BAB
II : Pembahasan....................................................................................................................................
2
A. Pengertian bimbingan
dan konseling................................................................................................. 2
B. Peranan bimbingan dan konseling dalam pendidikan di
sekolah......................................................
5
C. Tujuan bimbingan disekolah..............................................................................................................
6
D. Peranan Bimbingan dan Konseling Dalam Pembelajaran Siswa.......................................................
7
E.
Landasan
Bimbingan dan Konseling.................................................................................................
9
F.
Prinsip-prinsip
Operasional Bimbingan dan Konseling Sekolah......................................................
10
G. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling...............................................................................................
11
H. Orientasi
layanan bimbingan dan konseling.....................................................................................
13
I.
Kode Etik
Bimbingan Dan Konseling..............................................................................................
14
BAB
III Penutup...........................................................................................................................................
16
A. Kesimplan...........................................................................................................................................
16
Daftar pustaka...............................................................................................................................................
17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Bimbingan dan konseling
merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal itu
mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang-kadang dilanjutkan dengan
kegiatan konseling. Beberapa beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan
inti atau jantung hati dari kegiatan
bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu jenis
layanan bimbingan. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di
dalamnya kegiatan konseling.
B.
Tujuan makalah
a) Mengetahui pengertian bimbingan dan konseling. ?
b) Mengetahui Peranan bimbingan dan konseling dalam
pendidikan di sekolah. ?
c) Mengetahui Kode Etik Bimbingan Dan Konseling. ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Bimbingan
Bimbingan dan konseling merupakan
dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal itu
mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang-kadang dilanjutkan dengan
kegiatan konseling. Para ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau
jantung, hati dari kegiatan bimbingan. Adapula yang menyatakan bahwa konseling
merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dalam istilah
bimbingan sudah termasuk di dalamnya kegiatan konseling. Kelompok yang sesuai
dengan pandangan di atas menyatakan bahwa terminologi layanan bimbingan dan
konseling dapat diganti dengan layanan bimbingan saja.
Untuk memperjelas pengertian kedua
istilah tersebut, berikut ini dikemukakan pengertian bimbingan dan pengertian
konseling.
Para ahli berusaha merumuskan
pengertian bimbingan dan konseling. Dalam merumuskan kedua istilah tersebut,
mereka memberikan tekanan pada aspek tertentu dari kegiatan tersebut. Untuk
lebih jelasnya berikut ini dikemukakan beberapa rumusan tentang istilah
bimbingan.
Menurut Rochman Natawidjaja
sebagaimana dikutip oleh Soetjopto, bimbingan adalah proses pemberian bantuan
kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat
bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.
Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan
sumbangan yang berarti.
Selanjutnya Bimo Walgito menyarikan
beberapa rumusan bimbingan yang dikemukakan para ahli, sehingga mendapatkan
rumusan sebagai berikut:
Bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu
dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya,
agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya.
2
Dari beberapa pengertian bimbingan
yang dikemukakan oleh para ahli itu dapat dikemukakan bahwa bimbingan
merupakan:
a. Suatu
proses yang berkesinambungan
b. Suatu
proses membantu individu,
c. Bantuan
yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat
mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan
kemampuan/potensinya, dan
d. Kegiatan
yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami keadaan
dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.
Untuk
melaksanakan bimbingan tersebut diperlukan petugas yang telah memiliki keahlian
dan pengalaman khusus dalam bidang bimbingan dan konseling.
2.
Pengertian konseling
Secara etimologis, istilah konseling
berasal dari bahasa latin, yaitu “Consilium”yang berarti “dengan”
atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan
dalam dalam bahasa Anglo-saxon, istilah konseling berasal
dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”
Hallen, mengatakan bahwa istilah
konseling berasal dari bahasa Inggeris “to counsel” yang
secara etimologis berarti “to give advice” yang artinya
memberi saran atau nasihat.
Lebih lanjut lagi, Rogers, dikutip
dari Hallen mengemukakan pengertian Konseling, adalah serangkaian hubungan
langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap
dan tingkah lakunya.
Selanjutnya ada beberapa rumusan
pengertian Konseling berdasarkan perkembangan sejumlah rumusan konseling
menurut Jones, yang dikutip dari dasar – dasar bimbingan dan konseling sebagai
berikut:
Konseling adalah kegiatan dimana
semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah
tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan
pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak memecahkan
masalah untuk klien. Konseling harus ditunjukkan pada perkembangan yang
progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalah sendiri tanpa bantuan.
3
Maclean, dikutip dari dasar–dasar
bimbingan dan konseling, memberikan defenisi konseling sebagai suatu proses
yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara seorang individu yang terganggu
oleh karena masalah – masalah yang tidak dapat diatasi sendiri dan seorang
pekerja yang professional, yaitu orang yang terlatih dan berpengalaman membantu
orang lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan
pribadi.
Sedangkan H.
Kestur Partowisastro menyebutkan defenisi konseling dalam dua hal pengertian
yaitu :
1) Dalam
arti luas
Konseling adalah segala ikhtiar
pengaruh psikologis terhadap sesama manusia.
2) Dalam
arti sempit
Konseling merupakan suatu hubungan
yang sengaja diadakan dengan manusia lain, dengan maksud agar dengan berbagai
cara psikologis, kita dapat mempengaruhi beberapa facet kepribadiannya
sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh sesuatu efek tertentu.
Dengan demikian, berdasarkan uraian
defenisi di atas dapatlah disimpulkan, defenisi konseling secara sederhana yaitu
:
“Konseling adalah bantuan yang
diberikan kepada anak (counselee) dalam memecahkan masalah-masalah
kehidupan dengan wawancara yang dilakukan secaraface to fece, atau
dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan klien (counselee) yang
dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya”.
Sebagai kesimpulan dari beberapa
defenisi konseling diatas yakni, konseling adalah hubungan pribadi yang
dilakukan secara tatap muka antara dua orang, dalam mana konselor melalui
hubungan itu dan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan
situasi belajar dalam mana konseling dibantu untuk memahami diri sendiri,
keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaan masa depan, yang dapat ia ciptakan
dengan menggunakan potensi-potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan
baik pribadi maupun masyarakat, dan lebih jauh lagi dapat belajar bagaimana
memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan–kebutuhan yang akan datang.
Hal - hal pokok yang terkandung
dalam masing-masing defenisi di atas mengandung masing-masing rumusan
konseling. Menurut pendapat Jones rumusan – rumusan defenisi konseling sebagai
berikut :
4
a. Konseling
terdiri atas kegiatan : Pengungkapan fakta atau data tentang siswa, serta
pengarahan kepada siswa, untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang
dihadapinya.
b. Bantuan
itu diberikan secara langsung kepada siswa.
c. Tujuan Konseling agar siswa dapat mencapai
perkembangan yang semakin baik, semakin maju.
d. Selanjutnya rumusan dari defenisi konseling dari
Maclean, yakni :
e. Konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan
f. Dilakukan dalam suasana hubungan tatap muka
g. Individu yang di konseling adalah adalah individu yang
sedang mengalami gangguan atau masalah.
h. Terlatih baik dan telah memiliki pengalaman
i.
Bertujuan untuk mengatasi suatu masalah / gangguan.
Selanjutnya rumusan dari defenisi konseling menurut Pepeinsky &
Pepeinsky, adalah:
a. Konseling merupakan proses interaksi antara dua orang
individu
b. Dilakukan dalam suasana professional
c. Berfungsi dan bertujuan sebagai alat (wadah) untuk memudahkan
perubahan tingkah laku klien.
B.
Peranan bimbingan dan konseling dalam pendidikan di
sekolah.
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain menyumbangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan malalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh.
5
Bimbingan dan konseling semakin hari semakin dirasakan
perlu keberadaanya di stiap sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam
faktor, seperti dikemukakan oleh Koestoer Partowisastro sebagai berikut:
1)
Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua
sesudah rumah, dimana anak dalam waktu sekian jam ( + 6 jam)
hidupnya berada di sekolah.
2)
Para siswa yang usianya relatif masih
muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam memahami keadaan dirinya,
mengarahkan dirinya, mapun dalam mengatasi berbagai macam kesulitan.
Kehadiran konselor disekolah dapat meringankan tugas guru
( Lundquist dan Chamely yang dikutip oleh Belkin, 1981 ). Mereka menyatakan
bahwa konselor ternyata sangat membantu guru, dalam Hal:
1)
Mengembangkan dan memperluas pandangan
guru tentang masalah efektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya
sebagai guru.
2)
Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan
emosionalnya akan mempengaruhi proses belajar-mengajar.
3)
Mengembangakan sikap yang lebih positif
agar proses belajar siswa lebih efektif.
4)
Mengatasi masalah-masalah yang ditemui
guru dan melaksanakan tugasnya.
Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting
dalam kegiatan pendidikan. Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses
pembelajaran yang lebih efektif. Oleh karna itu, kegiatan bimbingan dan
konseling, tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan sekolah.
C.
Tujuan Bimbingan Di
Sekolah
Layanan
bimbingan sangat dibutuhkan agar siswa-siswa yang mempunyai masalah dapat
terbantu, sehingga mereka dapat belajar lebih baik. Dalam kurikulum SMA tahun
1975 Buku III C dinyatakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah adalah membantu
siswa:
1. Mengatasi kesulitan dalam belajarnya,
sehingga memperoleh prestasi belajar yang tinggi
2. Mengatasi terjadinya
kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan dalam
hubungan sosial
3. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang
berkaitan dengan kesehatan jasmani
4. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang
berkaitan dengan kelanjutan studi.
6
5.
Mengatasi
kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan
setelah mereka tamat.
6.
Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosial dan
emosional di sekolah yang bersumber dari sikap murid yang
bersangkutan terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan sekolah, dan lingkungan yang
lebih luas.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan layanan
bimbingan adalah membantu mengatasi berbagai macam kesulitan yang di hadapi
siswa sehingga terjadi proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien.
D.
Peranan Bimbingan dan Konseling Dalam Pembelajaran
Siswa
Dalam proses pembelajaran siswa
setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil
belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut seringkali kandas dan tidak
bisa terwujud, karena banyak siswa tidak seperti yang diharapkan. Maka sering
mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai petanda bahwa siswa
mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya
seperti dikemukakan Abu Ahmadi (1977) sebagai berikut :
a) Hasil
belajarnya rendah, dibawah rata-rata kelas
b) Hasil
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya.
c) Menunjukkan
sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta, tidak mau menyelesaikan
tugas-tugas dan sebagainya.
d) Menunjukkan
tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka mengganggu dan
sebagainya.
Dalam kondisi sebagaimana
dikemukakan diatas, maka bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dalam
(1) bimbingan belajar, (2) bimbingan sosial, (3) bimbingan dalam mengatasi
masalah-masalah pribadi.
1. Bimbingan
belajar
Bimbingan ini
dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan
belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.Bimbingan ini antara lain
meliputi:
7
a) Cara belajar, baik secara kelompok ataupun individual
a) Cara
bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar
3.
Efisiensi dalam menggunakan
buku-buku pelajaran
4.
Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran
tertentu
e) Cara,
proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran
Di samping itu Winkel (1978)
mengatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling mempunyai peranan penting
untuk membantu siswa, antara lain dalam hal:
a) Mengenal
diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka lagi mereka,
baik sekarang maupun yang akan datang
b) Mengatasi
masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah hubungan
muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua/keluarga dan
sebagainya.
2. Bimbingan
sosial
Dalam proses belajar dikelas siswa
juga harus mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan kelompok. Bimbingan sosial
ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memecahkan dan mengatasi
kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan masalah sosial, sehingga terciptalah
suasana belajar mengajar yang kondusif. Menurut Abu Ahmadi (1977) bimbingan
sosial ini dimaksudkan untuk :
a) Memperoleh
kelompok belajar dan bermain yang sesuai
b) Membantu
memperoleh persahabatan yang sesuai
c) Membantu
mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu
3. Bimbingan dalam
mengatasi masalah-masalah pribadi
Bimbingan dimaksudkan untuk membantu
siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadinya, yang dapat mengganggu
kegiatan belajarnya. Siswa yang mempunyai masalah dan belum dapat diatasi/
dipecahkannya, akan cenderung mengganggu konsentrasinya dalam belajar,
akibatnya prestasi belajar yang dicapai rendah. Dalam kurikulum SMA tahun 1975
buku III C tentang pedoman bimbingan dan penyuluhan. Menurut Ibu St. Raf’ah ada
beberapa masalah pribadi yang memerlukan bantuan konseling yaitu masalah akibat
konflik antara lain :
8
a) Perkembangan
intelektual dengan emosionalnya
b) Bakat
dengan aspirasi lingkungannya
c) Kehendak
siswa dengan orang tua atau lingkungannya
d) Kepentingan siswa dengan orang tua atau lingkungannya
e) Situasi
sekolah dengan situasi lingkungan
f) Bakat
pendidikan yang kurang bermutu dengan kelemahan/keengganan mengambil pilihan.
Masalah-masalah pribadi ini juga
sering ditimbulkan oleh hubungan muda-mudi. Selanjutnya juga dikemukakan oleh
Downing (1968) bahwa layanan bimbingan di sekolah sangat bermanfaat, terutama
membantu :
a) Menciptakan
suasana hubungan sosial yang menyenangkan
b) Menstimulasi
siswa agar mereka meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan belajar mengajar
c) Siswa
agar dapat menciptakan atau mewujudkan pengalaman belajarnya itu penuh arti
4. Meningkatkan
motivasi belajar siswa
5. Menciptakan dan menstimulasi tumbuhnya minat belajar.
E.
Landasan Bimbingan dan Konseling
Pemberian layanan bimbingan dan
konseling pada hakekatnya selalu di didasarkan atas landasang-landasan utama
dan prinsip-prinsip dasar. Hal ini berupa keyakinan-keyakinan yang pada
akhirnya dapat mewarnai seluruh kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut
Winkel (1991) landasan-landasan itu adalah sebagai berikut:
a) Bimbingan
selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri dan
mempunyai potensi untuk berkembang
b) Bimbingan
berkisar pada dunia subyektif masing-masing individu
c) Kegiatan
bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara bimbingan dengan yang
dibimbing
d) Bimbingan
berdasarkan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang dibimbing
sebagai manusia yang mempunyai hak-hak asasi (human rights).
e) Bimbingan
adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang-bidang
ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis
f) Pelayanan
ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang bermasalah saja.
g) Bimbingan
merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menerus,
berkesinambungan, berurutan dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.
9
F.
Prinsip-prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling
Sekolah
1.
Prinsip-prinsip umum
Dalam prinsip
umum ini dikemukakan beberapa acuan umum yang mendasari semua kegiatan
bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip umum ini antara lain:
a) Karena
bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku dan individu, perlu
diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu terbentuk dari segala aspek
kepribadian yang unik dan ruwet, sikap dan tingkah laku tersebut dipengaruhi
oleh pengalaman-pengalamannya. Oleh karena itu dalam pemberian layanan perlu
dikaji kehidupan masa lalu klien yang diperkirakan mempengaruhi timbulnya
masalah tersebut.
b) Perlu
dikenal dan dipahami perbedaan individual daripada individu-individu
c) Bimbingan
diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu yang bersangkutan mampu
membantu atau menolong dirinya sendiri dalam menghadapi kesulitan-kesulitannya.
2.
Prinsip-prinsip yang berhubung
dengan individu yang dibimbing (siswa)
a) Program bimbingan harus berpusat pada siswa. Program
yang disusun harus berdasarkan kebutuhan siswa. Oleh sebab itu sebelum
penyusunan program bimbingan perlu dilakukan analisis kebutuhan siswa tersebut.
b) Pelayan bimbingan harus dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan individu yang bersangkutan secara serba ragam dan serba
luas
c) Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan
oleh individu yang dibimbing. Dalam pelaksanaan bimbingan, pembimbingan tidak
boleh memaksakan kehendaknya kepada individu yang dibimbing. Peranan pembimbing
hanya memberikan arahan-arahan serba berbagai kemungkinannya, dan keputusan
mana yang akan diambil diserahkan sepenuhnya kepada individu yang dibimbing.
Dengan demikian klien mempunyai tanggung jawab penuh keputusan yang diambilnya
itu
d) Individu yang mendapat bimbingan harus
berangsur-angsur dapat membimbing dirinya sendiri. Hasil pemberian layanan
diharapkan tidak hanya berguna pada waktu pemberian layanan itu saja, tetapi
jika individu mengalami masalah yang sama di kemudian hari ia akan dapat
mengatasinya sendiri, sehingga tingkat ketergantungan individu kepada
pembimbing semakin berkurang.
10
3.
Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu yang memberikan
bimbingan
a) Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian,
pendidikan, pengalaman dan kemampuannya. Karena pekerjaan bimbingan itu tidak
dapat dilakukan oleh semua orang dengan demikian orang yang bertugas sebagai
pembimbing di sekolah harus dipilih atas dasar-dasar tertentu, misalnya
kepribadian, pendidikan, pengalaman dan kemampuannya di kualifikasi tersebut
dapat mendukung keberhasilan pembimbing dalam melaksanakan tugasnya baik
masalah-masalah yang dalam pemecahannya memerlukan dukungan pengalaman
pembimbing, keluasan wawasan maupun kemampuan lainnya.
G.
Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
1. Asas Kerahasiaan
Sebagian keberhasilan
layanan bimbingan banyak ditentukan oleh asas ini, sebab klien akan mau
membukakan keadaan dirinya sampai dengan masalah –masalah yang sangat pribadi,
apabila ia yakin bahwa konselor dapat menyimpan rahasianya. Dengan adanya
keterbukaan dari klien akan memberikan kemudahan-kemudahan bagi konselor
menemukan sumber penyebab timbulnya masalah.
2. Asas Keterbukaan
Konselor harus berusaha
untuk menciptakan suasana keterbukaan dalam membahas masalah yang dialami
klien. Klien terbuka menyampaikan perasaan pikiran dan keinginannya yang
diperkirakan sebagai sumber timbulnya permasalahan. Namun demikian suasana
keterbukaan ini sulit terwujud bilamana asas kerahasiaan tidak dapat
dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, asas kerahasiaan akan sangat
mendukung terciptanya keterbukaan klien dalam menyampaikan persoalannya.
3. Asas Kesukarelaan
Koselor mempunyai peran
utama dalam mewujudkan asas kesukarelaan ini konselor harus mampu mencerminkan
asas ini dalam menerima kehadiran klien. Bilamana konselor tidak siap menerima
kehadiran klien karena satu dari lain hal, seperti tidak cukup waktu untuk
berkonsultasi yang disebabkan oleh waktu yang lain, badan yang tidak enak,
sedang punya masalah yang agak serius.
11
4. Asas Kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan
konseling yaitu terwujudnya perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah
laku kearah yang lebih baik sesuai dengan sifat keunikanya manusia maka
konselor harus memberikan layanan seirama dengan perubahan-perubahan yang ada
pada diri klien. Perubahan itu tidak hanya sekedar berupa
pengulangan-pengulangan yang monoton, melainkan perubahan menuju suatu
kemajuan.
5. Asas Kedinamisan
Asas layanan bimbingan dan
konseling yaitu terwujudnya perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah
laku kearah yang baik. Sesuai dengan sifat keunikannya manusia maka konselor
harus memberikan layanan seirama dengan perubahan-perubahna yang ada pada diri
klien. Perubahan itu tidak hanya sekedar berupa pengulangan-pengulangan yang
monoton, melainkan perubahan menuju suatu kemajuan.
6. Asas Keterpaduan
Kepribadian klien merupakan
suatu organisasi dari berbagai macam aspek. Dalam memberikan layanan pada
klien, hendaknya selalu memperhatikan aspek-aspek kepribadian klien yang
diarahkan untuk mencapai keharmonisan atau keterpaduan.
7. Asas kenormatifan
Maksud dari asas ini adalah
usaha layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan itu hendaknya tidak
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, sehingga tidak terjadi penolakan
bagi individu-individu yang bimbing baik penolakan dalam prosesnya maupun
saran-saran atau keputusan yang bahas dalam konseling.
8. Asas konseling
Pelayanan bimbingan
konseling adalah bersifat profesional, oleh karena itu, tidak mungkin
dilaksankana oleh orang-orang yang tidak didik atau dilatih atau dipersiapkan
untuk itu. Pelayanan konseling menuntut suatu keterampilan khusus, maka
konselor harus benar-benar terlatih untuk itu, sehingga layanan tersebut
benar-benar profesional
12
9. Asas alih tangan
Bila ditemukan
masalah-masalah klien tersebut diluar bidang keahliannya. Maka konselor
hendaknya segera mengalihtangankan kepada yang lain. setiap masalah hendaknya
ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.
10. Asas Tutwuri Handayani
setelah klein mendapatkan layanan, hendaknya
klien merasakan bahwa layanan tersebut tidak hanya pada saat klien mengemukakan
persoalannya diluarlayanan pun hendaknya makna bimbingan dan konseling tetap
dirasakan, dan terciptalah hubungan yang harmonis antara konselor dan klien.
Klien hendaknya merasa terbantu dan merasa aman atas pemberian layanan.
H. Orientasi layanan bimbingan dan
konseling
Layanan bimbingan dan konseling
perlu memiliki orientasi tertentu. Menurut humphreys dan traxler (1954) sikap
dasar pekerjaan bimbingan itu ialah bahwa individual merupakan suatu hal yang
sangat penting.
1. Orientasi individual
Pada hakekatnya setiap individu itu mempunyai
perbedaan satu sama lainnya. Perbedaan itu dapat bersumber dari latar belakang
pengalamannya, pendidikan, sifat-sifat kepribadian yang dimiliki an sebagainya.
Menurut Willer Man (1979) anak kembar satu telur pun juga mempunyai perbedaan
apalagi dibesarkan dalam lingkungan berbeda. Ini dibuktikan bahwa kondisi
lingkungan juga ikut andil terjadinya perbedaan individu. Taylor (1956) juga
menyatakan kelas sosial dapat menimbulkan perbedaan individu.
Perbedaan latar belakang kehidupan individu ini dapat mempengaruhi dalam
cara berpikir, cara berperasaan dan cara menganalisis masalah dalam layanan
bimbingan dan konseling hal ini harus menjadi perhatian besar.
2. Orientasi perkembangan
Masing-masing individu
berada pada usia perkembangannya. Setiap usaha perkembangan yang bersangkutan
mampu mewujudkan tugas-tugas perkembangan itu. Sebagai contoh dapat dikemukakan
tugas-tugas masa remaja menurut Havighurts yang dikutip oleh Hurlock (1980)
antara lain :
13
a) Mampu mengadakan hubungan-hubungan baru dan lebih
matang dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan
b. Dapat berperan sosial yang sesuai, baik peranannya
sebagai laki-laki atau sebagai perempuan
c. Menerima keadaan fisik serta dapat memanfaatkan
kondisi fisiknya dengan baik
d. Mampu menerima tanggung jawab sosial dan bertingkah
laku sesuai dengan tanggung jawab sosial.
e. Tidak tergantung secara emosional pada orang tua atau
orang dewasa lainnya.
3. Orientasi masalah
Pelayanan bimbingan dan
konseling harus menekankan penanganannya pada masalah yang sedang dihadapi oleh
klien. Konselor jangan sampai terperangkap kepada masalah-masalah lain yang
tidak dikeluhkan oleh klien. Hal ini identik dengan ‘asas kekinian’ (Priyatno,
1985). Artinya pembahasan masalah difokuskan pada masalah yang saat ini (saat
berkonsultasi) dirasakan oleh klien.
I.
Kode Etik Bimbingan Dan Konseling
Kode etik adalah pola ketentuan / aturan / tata cara
yang menjadi pedoman menjalani tugas dan aktivitas suatu profesi. Beberapa
rumusan kode etik bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
1. Pembimbing yang memegang jabatan harus memegang teguh
prinsip-prinsip bimbingan dan kinseling.
2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk
mencapai hasil yang baik.
3. Pekerjaan pembimbing harus harus berkaitan dengan
kehidupan pribadi seseorang maka seorang pembimbing harus:
a) Dapat menyimpan rahasia klien
b) b. Menunjukkan penghargaan yang sama pada
berbagai macam klien.
c) c. Pembimbing tidak diperkjenan menggunakan tena
pembantu yang tidak ahli.
d) Menunjukkan sikap hormat kepada klien
e) Meminta bantuan alhi diluar kemampuan stafnya.
14
Di samping rumusan kode etik bimbingan dan konseling
yang dirumusakan oleh ikatan petugas bimbingan Indonesia, yaitu:
a) Pembimbing menghormati harkat klien.
b) Pembimbing menempatkan kepentingan klien diatas
kepentingan pribadi.
c) Pembimbing tidak membedakan klien.
d) Pembimbing dapat menguasai dirinya, dalam arti kata
kekurangan-kekurangannya dan perasangka-prasangka pada dirinya.
e) Pembimbing mempunyai sifat renda hati sederhana dan
sabar.
f) Pembimbing terbuka terhadap saran yang diberikan pada
klien.
g) Pembimbing memiliki sifat tanggung jawab terhadab
lembaga ataupun orang yang dilayani.
h) Pembimbing mengusahakan mutu kerjanya sebaik ungkin.
i)
Pembimbing mengetahui pengetahuan dasar yang memadai tentang tingkah laku
orang , serta tehnik dan prosedur layanan bimbingan guna memberikan layanan
sebaik-baiknya.
j)
Seluruh catatan tentang klien bersifat rahasia.
k) Suatu tes hanya boleh diberikan kepada petugas yang
berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan kemampuan siswa secara optimal untuk
berkreasi, mandiri, bertanggung jawab dan memecahkan masalah merupakan tanggung
jawab yang besar dari kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, pemahaman potensi
pribadi sangat penting untuk perkembangan siswa sebagai manusia yang utuh. Di
samping itu, dalam perkembangannya siswa sering kali menghadapi masalah yang
tidak mampu dipecahkan sendiri, sehingga menganggu keberhasilan belajarnya.
Untuk membantu proses perkembangan pribadi dan mengatasi
masalah yang di hadapi sering kali siswa memerlukan bantuan profesional.
Sekolah harus dapat menyediakan layanan profesional yang di maksud berupa
layanan bimbingan dan konseling, karena sekolah merupakan lingkungan akan yang
penting sesudah keluarga.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, abu. 1977. Bimbingan dan Penyeluruh di sekolah. Semarang:
toha putra.
Belkin, S. Gary. 1981. Practical Counseling in The Schools. Dubuque:
Wm. C. Brown Company Publishers.
Cole, Leulla. 1959. psychology of
Adolescence. New York Rinert hart & Company Inc.
Depdikbud. 1976. Kurikulum Sekolah
Menengah Atas 1975 Pedoman Bimbingan dan Penyeluruh.
Jakarta: balai Pustaka.
Winkel, W.S..1991. Bimbingan dan
Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Winkel, W.S. 1978. Bimbingan
dan Penyeluruh di sekolah Menengah. Jakarta : Gramedia.
17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar