BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sejak manusia berada
di permukaan buni ini, hasratnya ingin mengetahui segala hukum dan kodrat alam
yang terdapat di sekitarnya, besar sekali. Makin dalam ia meneliti, makin
tampak kepadanya kebesaran alamat itu, melebihi yang semula. Kelemahan dirinya
makin tampak pula pada keangkuhannya pun makin berkurang.
Demikianlah, Nabi saw
yang membawa Islam itu pun sama pula dengan alam ini. Sejak bumi ini menerima
cahaya Nabi. Kenabian adalah anugerah Tuhan, tak dapat dicapai dengan usaha.
Tetapi ilmu dan kebujaksanaan Allah yang berlaku, diberikan kepada orang yang
bersedia menerimanya, yang sanggup memikul segala bebannya. Allah lebih
mengetahui di mana risalah-Nya itu akan ditempatkan.
Muhammad saw sudah
disiapkan membawa risalah (misi) itu ke seluruh dunia, bagi si putih dan si
hitam, bagi si lemah dan si kuat. Ia disipkan membawa risalah agama yang
sempurna, dan dengan itu menjadi penutup para nabi dan rasul, yang hanya
satu-satunya menjadi sinar petunjuk, sekalipun nanati langit akan terbelah,
bintang-bintang akan runruh dan bumi ini pun akan berganti dengan bumi dan alam
lain. Kesucian para nabi dalam membawa risalah dan meneruskan amanat wahyu itu
adalah masalah yang tak dapat dimasuki oleh kaum cendekiawan.
B. Rumusan
Masalah
Dari tulisan diatas,
penulis akan membahas tentang Nabi Muhammad saw Menjadi Rasul Hingga Hijrah ke
Madinah yaitu: Nabi Muhammad Saw. Uzlah, Wahyu Pertama danKedua, Dakwah Secara
Sembunyi-Sembunyi dan Terang-Terangan, Sebab-Sebab Hijrah, Perintah
Hijrah, dan Peristiwa Hijrah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nabi
Muhammad Saw. Uzlah
Sampai umur 40 tahun,
Muhammad giat berdagang. Sungguhpun begitu ia tidak hanya memikirkan kemajuan
perdagangannya. Ia sangat prihatin melihat keadaan masyarakat sehari-hari.
Muhammad beruzlah[1] mencari
ketenangan dan petunjuk Allah di Gua Hira’ dari waktu-waktu sebelumnya.
Pada bulan Ramadhan
dipersiapkan bekal yang lebih dari biasanya, sebab beliau akan lebih lama
tinggal di sana. Beliau berkhalwat[2] dengan
khusuk dan iklas, semata-mata beribadah kepada Allah. Pada malam ke-17 bulan
Ramadhan, ketika beliau sedang berkhalwat, datanglah malaikat Jibril membawa
wahyu pertama.
Sejak menerima wahyu
pertama itulah, Muhammad diangkat menjadi utusan Allah. Sebagai nabi dan rasul,
beliau mempunyai tugas untuk membimbing dan mengajak umatnya beriman kepada
Allah kejalan yang benar.
Walaupun pada masa itu
masyarakat Makkah terkenal dengan kebodohan dan kebejatan moralnya, namun
Muhammad tidak terpengaruh oleh keadaan umatnya. Muhammad sering menyepi dan
menyendiri dari keramain untuk menenangkan pikiran dan mencari hal-hal yang
benar.
Muhammad melakukan
uzlah karena keadaan masyarakat yang demikian rusak.
Beliau melakukan uzlah
dengan tujuan seperti berikut ini:
1. Menenangkan
fikiran dari keramaian.
2. Memohon
petunjuk dari Allah.
3. Mencari
kebenaran yang hakiki.
Sejak usia 36 tahun
sampai menginjak 40 tahun, pikiran Muhammad menjadi bertambah berat karena
menyaksikan kehidupan masyarakat yang sangat bertentangan dengan pribadinya.
Agar lebih mendapatkan ketenangan hati, muhammad menuju ke sebuah tempat yaitu
Jabal Nur[3],
sebuah tempat yang letaknya sulit dan berbahaya bila ditempuh manusia.
B. Wahyu
Pertama dan Kedua
Menjelang datangnya
wahyu, Muhamad semakin sering pergi ke Gua Hira’ yang tempatnya di Jabal Nur.
Seolah ada kekuatan lain yang mendorong semangat Muhammad untuk pergi ke tempat
itu.
Pada hari Senin
tanggal 17 Ramadhan tahun ke-4 dari kelahiran Muhammad, bertepatan dengan
tanggal 6 Agustus 610 Masehi datanglah orang yang berpakian serba putih. Orang
itu ternyata Malaikat Jibril yang membawa wahyu pertama, tentang kebenaran yang
selama ini dicari-cari oleh Muhammad.
Tatkala ia sedang
dalam keadaan tidur dalam gua itu, ketika itulah datang malaikat membawa
sehelai lembaran seraya berkata kepadanya “iqra” (bacalah) dengan terkejut
Muhammad menjawab “saya tak dapat membaca”[4] ia
merasa seolah malaikat itu mencekiknya, kemudian melepaskan seraya katanya lagi
“iqra” (bacalah) masih dalam ketakutan akan dicekik lagi Muhammad menjawabab:
“saya tak dapat membaca.” Ia seolah malaikat itu mencekiknya sekali lagi,
kemudian melepaskannya kembali seraya berkata: “iqra” masih dalam ketakutan
akan dicekik lagi Muhamaad menjawab: “apa yang saya baca?” seterusnya malaikat
itu berkata :
“siarkanlah! (atau
bacalah!) dengan nama Tuhanmu dan Penjagamu Yang menciptakan. Menciptakan
manusia dari segumapal darah beku. Siarkanlah! Dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang
mengajarkan kepada manusia (menggunakan) pena. Mengajar manusia apa yang tak ia
ketahui.” (Qura’an, 95:1-5).
Lalu ia mengucapkan
bacaan itu. Malaikat pun pergi, setelah kata-kata itu terpatri dalam kalbunya.[5]
Tetapi ia kemudian
terbangun ketakutan, sambil bertanya-tanya kepada dirinya: Gerangan apakah yang
dilihatnya?! Ataukah kesurupan yang ditakutinya itu telah menimpanya?! Ia
menoleh ke kanan dan ke kiri, tetapi tak melihat apa-apa. Ia diam sebentar,
gemetar ketakutan. Khawatir ia akan apa yang terjadi dalam gua itu. Ia lari
dari tempat itu. Semuanya membingungkan. Tak dapat ia menafsirkan apa yang
telah dilihatnya itu.
Cepat-cepat ia pergi
dari celah-celah gunung sambil bertanya-tanya dalam hati: siapa gerangan yang
menyuruhnya membaca itu?!. Yang pernah dilihatnya sampai saat itu sementara dia
dalam tahanus, hanyalah mimpi hakiki yang memancar dari
sela-sela renungannya, memenuhi dadanya, membuat jalan yang di hadapannya jadi
terang-benderang, menunjukkan kepadanya, dimana kebenaran itu. Tirai gelap yang
selama ini menjerumuskan masyarakat kuraisy kedalam lembah paganisme dan
penyembahan berhala, jadi terbuka.
Sinar terang-benderang
yang memancar di hadapannya dan kebenaran yang telah menunjukkan jalan
kepadanya itu, adalah Yang Tunggal Maha Esa. Tetapi sipakah yang telah memberi
peringatan tentang itu, dan bahwa Dia menciptakan manusia, dan bahwa Dia Maha
Pemurah, Yang Mengajarkan kepada manusia dengan pena, mengajarkan apa yang
belum diketahuinya?.
Ia memesuki pegunungan
itu masih dalam ketakutan, masih bertanya-tanya. Tiba-tiba ia mendengar ada
suara yang memanggilnya. Dahsyat sekali terasanya. Ia melihat ke permukaan
langit. Tiba-tiba yang terlihat adalah malaikat dalam bentuk manusia. Dialah
yang memanggilnya. Ia makin ketakutan sehingga tertegun ia ditempatnya. Ia
mamalingkan muka dari yang dilihatnya itu. Sebentar ia melangkah maju, sebentar
mundur, tetapi rupa malaikat yang indah itu tidak juga lalu dari depannya.
Seketika lamanya ia dalam keadaan demikian. Dalam pada itu Khadijah telah
mengutus orang mencarinya kedalam gua tetapi tidak menjumpainya.
Setelah rupa malaikat
itu menghilang Muhammad pulang sudah berisi wahyu yang disampaikan kepadanya.
Jantungnya berdenyut, hatinya berdebar-debar ketakutan. Dijumpainya Khadijah
sambil ia berkata: “selimuti aku!” ia segera diselimuti. Tubuhnya menggigil
seperti dalam deman. Setelah rasa ketakutan itu berangsur reda dipandangnya
istrinya dengan pandangan mata ingin mendapat kekuatan. Dalam keadan beselimut
itu dtanglah Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu Allah swt yang kedua.
Wahyu allah tersebut berbunyi sebagai berikut.
“Hai orang yang
berselubung! Bangunlah dan berilah peringatan! Dan agungkanlah Tuhanmu! Dan
jagalah kebersihan pakaianmu! Dan tinggalkanlah segala yang keji! Dalam memberi
janganlah mengharapkan yang lebih banyak (untuk dirimu)! Tetapi, demi Tuhanmu,
sabar dan tabahlah!” (Qur’an, 74: 1-7)
“Khadijah,
kenapa aku?” katanya. Kemudian diceritakannya apa yang telah dilihatnya, dan
dinyatakannya rasa kekhawatiran akan teperdaya oleh kata hatinya atau akan jadi
juru nujum saja.
Seperti juga ketika
dalam suasana tahanus dan dalam suasana ketakutannya akan
kesurupan, Khadijah yang penuh rasa kasih-sayang adalah tempat ia melimpahkan
rasa damai dan tentram ke dalam hati yang besar itu, hati yang sedang dalam
kekhawiran dan dalam gelisah. Ia tidak memperlihatkan rasa khawatir atau rasa
curiga. Bahkan dilihatnya ia dengan pandangan penuh hormat, seraya berkata:
“O putra pamanku.[6] Bergembiralah,
dan tabahkan hatimu. Demi Dia Yang memegang hidup Khadijah,[7] saya
berharap kiranya Anda akan menjadi nabi atas umat ini. Allah samasekali tak
akan mencemoohkan Anda; sebab Andalah yang mempererat tali kekeluargaan, jujr
dalam kata-kata, Anda yang mau memikul beban orang lain dan menghormati tamu
dan menolong mereka yang dalam kesulitan atas jalan yang benar.”
Muhammad sudah merasa
tenang kembali. Dipandangnya Khadijah denganmata penuh terimakasihdan dan rasa
kasih. Sekujur badannya sekarang terasa sangat letih dan perlu tidur. Ia pun
tidur, tidur untuk kemudian bangun kembali membawa suatu kehidupan rohani yang
kuat, yang luar biasa kuatnya. Suatu kehidupan yang sungguh dahsyat dan
memesonakan. Tetapi kehidupan yang penuh pengorbanan, yang tulus dan ikhlas
semata untuk Alla, untuk kebenaran dan perikemanusiaan. Itulah Risalah Tuhan
yang akan diteruskan dan disampaikan kepada umat manusia dengan cara yang lebih
baik, sehingga sempurnalah cahaya Allah, sekalipun oleh orang-orang kafir tidak
disukai.
C. Dakwah
Secara Sembunyi-Sembunyi dan Terang-Terangan
Wahyu pertama yang
diterima oleh Muhammad, merupakan pengangkatan sebagai nabi dan rasul utusan
Allah. Setelah turun wahyu yang kedua Nabi Muhammad saw baru mulai berdakwah.
Permulaan seruan Nabi ini dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Orang-orang
yang mendapat ajakan pertam dari Nabi dan mau beriman diataranya, sebagai
berikut.
1. Khadijah,
isteri Nabi Muhammad saw.
2. Ali bin Abi
Thalib, putera Nabi Muhammad.
3. Zaid bin
Haris, seorang budak dari rakyat jelata.
4. Abu Bakar,
seorang pemimpin atau pembuka Quraisy dan kenalan baik Nabi Muhammad saw.
Kemudian, melalui Abu Bakar masuk islam
beberapa orang yaitu:
1. Usman
bin Affan,
2. Zubair
Ibnu Awwam,
3. Sa’ad
Ibnu Abi Waqash,
4. Abdurrahman
bin Auf,
5. Thalhah
bin Ubaidilah
6. Abu
Ubaidah bin Jarrah, dan
7. Arqam
bin Abil Arqam.
Meraka yang disebut di atas terkenal
dengan sebutan “Assabiqunal Aw-walun”[8]
Nabi berdakwah secara
sembunyi-sembunyi kurang lebih dari tiga tahun. Dakwah itu dilakukannya seorang
demi seorang dan dari kerumah. Hal ini dilakukan karena blum ada perintah Allah
secara tegas menyiarkan Islam secara terbuka.
Nabi Muhammad saw
memulai dakwah secara terang-terangan, mengajak kepada ajaran tauhid, yaitu
sesudah beliau menerima wahyu dari Allah. Wahyu tersebut dalam Al Quran surah
Al Hijr: 94
Artinya: “ Maka
sampaikanlah secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu)
dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”. (Q.S. Al Hijr: 94)
Sejak itu Rasulullah
mulai menyeru kepada semua orang dengan terang-terangan. Mereka diajak untuk
masuk agama Islam, dan disuruh meninggalkan agama nenek moyangnya, yang
menyembah berhala.
Dari setiap seruan
Nabi, ada diataranya yang beriman dan banyak pula yang membantahnya. Bahkan
mereka memusihi Nabi Muhammad saw dan para pengikutnya.
Namun, karena
pertolongan Allah, akhirnya seorang tokoh pemberani dan sangat menentang ajaran
Nabi Muhammad saw masuk Islam. Ia membaca kalimat syahadat di hadapan Nabi
Muhammad saw. Tokoh pemberani itu bernama Umar bin Khattab. Kemudian, tokoh
yang lain, yaitu Hamzah bin Abdul Mutallib juga masuk Islam.
Para pemimpin Quraisy
banyak yang membenci dan menentang Nabi dan pengikutnya. Mereka berusaha
menghentikan dakwah beliau yang semakin lama bertambah banyak pengikutnya.
Sejak itulah, Nabi dan pengikutnya menghadapi bermacam rintangan, kesulitan,
dan hinaan.
Para pemimpin Quraisy
menghalangi dakwah Nabi dengan berbagai cara, antara lain sebagai berkut.
1. Menghina
dan mengejek Nabi Muhammad saw.
2. Menganiaya
dan mengejar-ngejar para pengikut Nabi.
3. Memutuskan
hubungan dengan orang Islam. Misalnya, mengadakan boikot perdagangan, pergaulan
dan lainnya.
4. Membujuk
Nabi dengan harta, kedudukan, dan wanita.
Walaupun tekanan dan
rintangan sering dilakukan, iman Nabi dan pengikutnya tidak goyah. Pada
akhirnya orang Quraisy memutuskan untuk membunuh Nabi dengan menganiaya
orang-orang Islam. Untuk melindungi para pengikutnya, Nabi memerintahkan
sebagian orang Islam hijrah kenegeri lain. Hijrah pertama di negeri Habsyi,
kemudian hijrah ke Madinah.
D. Sebab-Sebab
Hijrah
Hijrah adalah
peristiwa pindahnya Nabi Muhammad s.a.w, beserta para pengikutnya dari Mekkah
menuju tempat lain. Tempat yang dituju adalah tempat yang memungkinkan agama
Islam berkembang dengan baik. Pengikut Rasul yang ikut hijrah itu disebut
muhajirin. Hijrah Rasul dilakukan berulang secara bertahap disetiap tempat yang
dituju.
Hijrah pertama
dilakukan ke negeri Habsy (Ethiopia) pada 615 M, atau tahun ke-5 dari kenabian.
Rasul menyuruh umatnya hijrah ke Habsy karena negeri itu ada seorang raja yang
beragama Nasrani. Raja itu melarang orang menganiaya orang lain. Hijrah yang
pertama ini diikuti oleh 15 orang, terdiri atas 10 orang laki-laki dan 5 orang
wanita. Kemudian, pada tahap kedua menyusul rombongan dengan jumlah 101 orang,
terdiri atas 83 orang laki-laki dan 18 orang wanita.
Hijrah yang kedua
menuju kota Madinah pada tanggal 28 Juni 622 M atau 12 Rabiulawal tahun ke-1
Hijrah. Penduduk Madinah (Yatsrib) pada waktu itu telah mendengar dan mengenal
tentang Rasul, wahyu, surga, neraka, dan lainnya. Sebab banyak orang Yahudi dan
Nasrani yang tinggal di Madinah. Mereka juga mengenalkan agama Allah sebelum
datangnya ajaran Islam.
Nabi Muhammad s.a.w,
memerintahkan hijrah ke Madinah karena agama Islam dinilai akan lebih baik dan
berkembang bila dibandingkan di Kota Mekkah. Sudah menjadi adat kebiasaan bagi
penduduk di Jazirah Arab, setiap tahun berziarah ke Kakbah di Mekkah, termasuk
penduduk kota Madinah. Lama kelamaan mereka mengenal dan mengerti ajaran yang
dibawa Nabi Muhammad saw.
Dengan hijrahnya Nabi
ke Madinah maka agama Islam dapat berkembang dengan baik. Orang-orang madinah
tidah sekeras suku Quraisy Mekkah dalam menerima ajaran agama Islam.
Penduduk Madinah yang
pertama kali masuk Islam ialah dari suku Khazraj dan Aus. Pada tahun 621 M atau
tahun ke-12 dari kenabian, mereka datang menghadap Nabi Muhammad saw. Secara
rahasia disuatu tempat yang bernama Aqabah[9].
Ditempat itu mereka mengadakan perjajian Aqabah atau bait yang pertama.
Perjanjian itu brisi sumpah untuk mematuhi dan menjalankan agama Islam dan
tidak akan melanggar apa yang dilarang agama Islam.
Selang beberapa lama
diadakan perjanjian Aqabah kedua. Pada waktu itu Nabi didatangi lagi rombongan
lebih besar dari sebelumnya, yaitu 75 orang yang ingin dibaiat. Pada perjanjian
Aqabah kedua mereka maminta Nabi Muhammad s.a.w agar segera hijrah
ke Madinah. Mereka menjamin apabila Nabi dan para pengukitnya tinggal di
Madinah, akan ditanggung keselamatannya dan dibela dengan sekuat tenaga.
Penduduk Yatsrib (Madinah) mengharab Nabi segera hijrah dengan beberapa
pertimbangan, antara lain sebagai berikut.
1. Kaum
kafir Quraisy tetap mengancam, memusuhi, dan menganiaya Nabi dan para
pengikutnya.
2. Agama
islam yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w. Telah diterima oleh masyarakat Madinah.
3. Suku
Khazraj, Aus, serta orang yang beriman kepada Nabi telah sepakat menjamin keselamtan Nabi
dan para pengikutnya.
Sebab-sebab itulah yang menyebabkan
terjadinya perjanjian Aqabah kedua. Mereka mengetahui penderitaan Nabi dan para
pengikutnya yang tidak pernah berhenti dari tekenan dan ancaman kaum kafir
Quraisy, Mekkah. Akhirnya, tawaran dari masyarakat Madinah diterima oleh Nabi.
Karena kasihan melihat penderitaan kaum muslimin di Mekkah.
Perjanjian
Aqabah kedua ini diketahui oleh orang-orang kafir Quraisy. Kekejaman mereka
terhadap kaum muslimin semakin meningkat. Penyiksaan terhadap pengikut Nabi
lebih hebat lagi, misalnya dipukuli, dijemur diterik matahari, dan dibunuh.
Akan tetapi, tantangan yang demikian dihadapi kaum muslimin dengan iman yang
teguh. Mereka menggap ajaran Nabi Muhammad s.a.w itulah yang paling benar.
Dengan mendapat
pertolongan dari Allah s.w.t, pada saat memuncaknya kekejaman kaum kafir
Quraisy, maka tokoh penentang danmusuh Islam telah menyatakan diri masuk agama
Islam. Mereka itu adalah Hamzah dan Umar bin Khattab. Hal itu membuat kuat
agama Islam.
E. Perintah
Hijrah
Rencana Quraisy akan
membunuh Muhammad pada malam hari karena dikhawatirkan akan hijrah ke Madinah
dan memperkuat diri disana serta segala bencana yang mungkin menimpa
perdagangan mereka dengan Syam sebagai akibatnya, beritanya sudah sampai kepada
Muhammad. Memang tak ada orang yang menyaksikan, bahwa Muhammad akan
menggunakan kesempatan untuk hijrah. Tetapi, karena begitu kuat ia dapat
menyimpan rahasia, tiada seorang pun mengetahui, juga Abu Bakar, orang yang
pernah menyiapkan dua ekor unta kendaraan tatkala ia meminta izin kepada Nabi
akan Hijrah. Muhammad sendiri memang masih tinggal di Makkah ketika ia sudah
mengetahui keadaan Quraisy itu dan ketika Muslimin sudah tak ada lagi yang
tinggal selain sebagian kecil saja. Dalam ia menantikan perintah Allah yang
akan mewahyukan hijrah kepadanya, ketika itu tiba-tiba datang wahyu supaya ia
hijrah. Setelah itulah ia pergi kerumah Abu Bakar dan memberitahukan, bahwa
Allah telah mengizinkan ia hijrah. Abu Bakar ingin sekali menemaninya dalam
perjalanan hijrahnya itu; dan permintaannya itu pun dikabulkan.
Disinilah dimulainya
kisah yang paling cemerlang dan indah yang pernah dikenal manusia dalam sejarah
pengejaran yang penuh bahaya, demi kebenaran, keyakinan dan iman. Sebelum itu
Abu Bakar memang sudah menyiapkan dua ekor unta yang diserahkan pemeliharaannya
kepada Abdullah bin Uraiqit sampai nanti tiba waktunya diperlukan. Tatkala
kedua orang itu sudah siap-siap akan meninggalkan Makkah, mereka yakin sekali,
bahwa Quraisy pasti akan membuntuti mereka. Oleh karena itu Muhammad memutuskan
akan menempuh jalan lain dari yang biasa. Juga akan yang berangkat bukan pada
waktu yang biasa.
Sebelum Nabi Muhammad
saw keluar rumah, kemenakan Nabi, Ali bin Abi talib, disuruh tidur ditempat
pembarinagan beliau dengan memakai selimut. Kemudian Nabi pergi kerumah Abu
Bakar untuk mengajaknya hijrah ke Madinah. Saat terbangun para pemuda masih
yakin bahwa beliau masih tidur. Tetapi, menjelang larut malam, dengan setidak
tahuan mereka Muhammad sudah keluar menuju rumah Abu Bakar. Kedua orang itu
kemudian keluar dari pintu kecil di belakang, dan terus bertolak ke arah
selatan menuju gua Saur.[10] Bahwa
tujuan kedua orang itu melalui jalan ke selatan arah ke Yaman samasekali di
luar dugaan.
Semenatara Abu Bakar
menyuruh anaknya, Abdullah, agar menemuinya dimalam hari untuk memberitahukan
reaksi masyarakat disiang hari perihal mereka berdua. Begitu juga ia menyuruh ‘
Amir bin Fuhairah agar menggembalakan kambing dising harinya untuk
menghilangkan jejak kaki mereka berdua sedang pada petang harinya supaya
menemui mereka berdua di gua tersebut. Sementara Asma’ binyi
Abu Bakar disuruh agar mengantarkan makanan kepada mereka berdua
pada petang hari.
Nabi Muhammad s.a.w
dan Abu Bakar merasa khawatir kalau-kalau kafir Quraisy berhasil menyakiti
mereka berdua, hanya saja perasaan tersebut dapat ditepis dengan kesabaran.
Para pemuda pilihan
yang diberi tugas membunuh Nabi itu, sampai juga ditempat persembunyian beliau.
Mereka membawa pedang dan tongkat sambil mundar-mandir mencari segenap penjuru.
Tidak jauh dari gua Saur itu mereka bertemu sdengan seorang gembala, yang
ketika ditanya ia menjawab.
“mungkin saja mereka
dalam gua itu, tetapi saya tidak melihat ada orang yang menuju ke sana”
Ketika mendengar
jawaban gembala itu Abu Bakar berkeringat dingin. Khawatir mereka akan menyerbu
ke dalam gua. Dia menahan napas, tidak bergerak, dan hanya menyerahkan nasibnya
kepada Allah. Beberapa orang Quraisy datang menaiki gua itu, tetapi salah
seorang itu turun lagi.
“Kenapa tidak
menjenguk ke dalam gua ?” tanya kawan-kawannya.
“Ada sarang laba-laba
ditempat itu, yang memang sudah ada sejak sebelum Muhammad lahir,” jawabannya,
“dan saya melihat ada dua ekor burung dari hutan di lubang gua itu. Jadi saya
tahu tak ada orang di sana.”
Akan tetapi mereka
tidak menyangka kalau di dalam gua itu ada orangnya. Setelah 3 hari 3 malam di
Gua Sur dan telah merasa aman, keluarlah beliau untuk melanjutkan perjalanannya
menuju Madinah. Inilah peristiwa hijrah Nabi yang paling besejarah. Atas usul
Umar bin Khattab peristiwa tersebut dijadikan awal tahun hijrah dalam Islam.
Peristiwa ini bertepatan dengan tanggal 12 Rabiulawal tahun ke-1 Hijriah atau
tanggal 28 Juni 622 Masehi.
F. Peristiwa
Hijrah
Selama ini Nabi dengan
segala kesungguhan terus berdakwa bagi tersebarnya Islam. Para keluarganya,
baik yang telah masuk Islam maupun yang masih tetap kafir, selalu membela,
sekalipun mereka harus berhadapan dengan beragam tantangan yang
sangat keras. Ketika tahun kesepuluh dari ayat pertama turun kepadanya berlalu
beliau harus menerima kenyataan walau pahit dirasakan, yakni paman beliau yang
selama ini melindungi, Abu Thalib, wafat. Dia wafat dalam keadaan kafir
sekalipun ia membenarkan kerasulan beliau dan selalu membelanya. Hal ini
ditempuhnya karena takut dipermalukan dan dicaci bila ia meninggalkan jejak dan
pusaka nenek monyangnya.
Kemudian sesudah Abu
Thalib wafat Khadijah pun wafat pula. Keduanya wafat kurang lebih tiga tahun sebelum
beliau hijrah. Dengan demikian, Rasulullah s.a.w. kehilangan dua orang yang
selama ini besar sekali pertolongannya. Kini keberadaan beliau di Mekkah
menjadi penuh dengan bahaya.
Beliau telah 13 tahun
menyiarkan agama Islam di Makkah. Semakin hari bertambah banyak pengikutnya
walaupun mendapat tantangan dan hambatan dari kafir Quraisy.
Melihat kenyaatan itu,
orang-orang Islam di Madinah meminta kepada Nabi Muhammad dan pengikutnya
segera hijrah ke Madinah. Pada mulanya Nabi belum menerima usul tersebeut.
Beliau khawatir di Madinah nanti mereka akan mengalami penderitaan yang sama
seperti yang dialami di Makkah. Tetapi karena berulang kali desakan dan
permintaan itu diajukan kepada beliau, akhirnya beliau memutuskan untuk
melakukan hijrah ke Madinah. Hal itu karena adanya jaminan yang termuat dalam
perjanjian Aqabah kesatu dan Aqabah kedua. Perjanjian itu berisi jaminan kaum
muslimin Madinah untuk menjamin keselamatan Nabi dan para
pengikutnya bila hijrah ke Madinah.
Menjelang beliau
hijrah ke Madinah, orang-orang kafir Quraisy telah sepakat dan memutuskan untuk
membunuh Nabi Muhammad s.a.w. Untuk itu mereka memilih pemuda-pemuda yang
berani dan kuat. Akhirnya, terpilihlah 12 pemuda yang mewakili setiap suku yang
ada di Makkah. Para pemuda tersebut harus mengepung rumah Nabi pada malam hari.
Pembunuhan itu harus dilakukan pada waktu subuh ketika Nabi menuju ke masjid.
Akan tetapi rencana
mereka tidak berhasil karena Allah s.w.t melindungi dan menyelamatkan Nabi
Muhammad s.a.w. Pada malam itu, turunlah wahyu Allah agar Nabi hijrah ke
Madinah. Perintah itu dilaksanakan pada malam hari itu juga.
Ketika Nabi akan
hijrah ke Madinah tidak ada yang diberi tahu, kecuali sahabat Abu Bakar dan
beberapa keluarga terdekatnya. Berangkatlah Nabi dan Abu Bakar pada malam hari
menuju Madinah. Hijrahnya kaum muslimin itu dilakukan dengan diam-diam dan
secara rahasia. Umar bin Khattab yang berani berangkat dengan terang-terangan,
bahkan memberitahukan kepada kafir Quraisy. Orang yang berani menghalangi
keberangkatannya dan kaum muslimin, pasti akan berhadapan dengan pedang Umar
bin Khattab.
Ada cerita menarik
dari peristiwa hijrah pada saat Nabi Muhammad keluar dari rumahnya.
Sebelum Nabi Muhammad
saw keluar rumah, kemenakan Nabi, Ali bin Abi talib, disuyruh tidur ditempat pembarinagan
beliau dengan memakai selimut. Kemudian Nabi pergi kerumah Abu Bakar untuk
mengajaknya hijrah ke Madinah. Saat terbangun para pemuda masih yakin bahwa
beliau masih tidur. Sebelum menuju Madinah beliau dan Abu Bakar berhenti di Gua
Sur.
Semenatara Abu Bakar
menyuruh anaknya, Abdullah, agar menemuinya dimalam hari untuk memberitahukan
reaksi masyarakat disiang hari perihal mereka berdua. Begitu juga ia menyuruh ‘
Amir bin Fuhairah agar menggembalakan kambing dising harinya untuk
menghilangkan jejak kaki mereka berdua sedang pada petang harinya supaya
menemui mereka berdua di gua tersebut. Sementara Asma’ binyi
Abu Bakar disuruh agar mengantarkan makanan kepada mereka berdua
pada petang hari.
Nabi Muhammad s.a.w
dan Abu Bakar merasa khawatir kalau-kalau kafir Quraisy berhasil menyakiti
mereka berdua, hanya saja perasaan tersebut dapat ditepis dengan kesabaran.
Pada waktu Nabi keluar
dari Mekkah untuk hijrah Madinah (Yatsrib), orang-orang kafir Quraisy mebuat
seyembara dengan imbalan seratus unta bagi orang yang dapat menunjukkan di mana
Muhammad berada atau dapat membawa pulang Muhammad ke Makkah.
Para ahli geografi
Arab telah menggabarkan kondisi tanah anatara Makkah dan Madinah. Kondisi
tanahnya sukar dilalui berbahaya, karena tidak ditemukan mata air dan
tumbuh-tumbuhan yang dapat menolong para musafir saat melakukan perjalanan.
Jalan menuju Madinah dan Makkah atau sebaliknya hanya dapat ditempuh melalui
dua jalur :pertama, melalui arah timur yang bersebelahan dengan
negeri Nejed. Kedua, melalui arah barat yang bersebelahan
dengan pantai laut merah. Kemudian penunjuk jalan telah memilih jalur kedua.
Hanya saja dia tidak menyelusuri seperti pengguna jalan ini sepenuhnya,
melainkan berbelok-belok ke sana kemari karena menghindarkan diri (agar jejaknya
tidak dapat ditelusuri) dari kejaran orang-orang Quraisy dan orang yang
berharap dapat memperoleh hadiah yang telah dijanjikan kepada siapa yang
berhasil membawa pulang Rasulullah ke Makkah.[11]
Para pemuda pilihan
yang diberi tugas membunuh Nabi itu, sampai juga ditempat persembunyian beliau.
Akan tetapi mereka tidak menyangka kalau di dalam gua itu ada orangnya. Setelah
3 hari 3 malam di Gua Sur dan telah merasa aman, keluarlah beliau untuk
melanjutkan perjalanannya menuju Madinah. Inilah peristiwa hijrah Nabi yang
paling besejarah. Atas usul Umar bin Khattab peristiwa tersebut dijadikan awal
tahun hijrah dalam Islam. Peristiwa ini bertepatan dengan tanggal 12 Rabiulawal
tahun ke-1 Hijriah atau tanggal 28 Juni 622 Masehi.
Hijrah Nabi Muhammad
s.a.w ke Madinah ini terjadi setelah 13 tahun beliau menyiarkan Islam di
Makkah. Disamaping itu, berhijrah dilakukan atas permintaan dan harapan kaum
muslimin Madinah yang ingin menolong dan melindungi Nabi serta para pengikutnya
dari musuh-musuhnya. Hal ini lebih dipertegas dengan perintah Allah agar segera
berhijrah malam itu juga ketika rumah Nabi dikepung oleh pemuda-pemuda kaum
Quraisy.
Kedatangan Nabi dan
para pengikutnya sangat diharapkan oleh kaum Muslim di Madinah. Sejak mendengar
Nabi akan pindah ke Madinah, mereka khawatir bila beliau dan pengikutnya
mendapat gangguan dalam perjalanannya.
Sebelum memasuki kota
madinah, Nabi Muhammad s.a.w beristirahat disebuah desa bernama Quba. Maka
didesa itulah beliau mendirikan masjid yang pertama kali dan diberi nama
“Masjid Quba”.
Setelah Nabi Muhammad
s.a.w memasuki kota Madinah, kaum muslim Madinah menyambutnya dengan gembira
dan senang hati. Kaum muslim Madinah mengharapkan agar beliau dapat singgah dan
tinggal dirumah mereka. Akan tetapi Nabi tetap berada diatas punggung unta,
sebelum para pengikutnya mendapat tempat tinggal. Beliau akan turun dan tinggal
ditempat untanya berhenti.
Akhirnya unta itu
berhenti di depan rumah seorang yang miskin bernama Abu Ayub Al Ansari.
Disitulah Nabi Muhammad saw tinggal untuk sementara. Kemudian setelah beberapa
lama tinggal di Madinah beliau mendirikan Masjid Nabawi. Disekitar masjid
itulah beliau bertempat tinggal sampai akhir hayatnya.
Dikota Madinah inilah
Nabi Muhammad s.a.w dapat menyiarkan Islam dengan leluasa. Hal ini karena tidak
ada lagi yang menghalangi dan memusuhi beliau seperti dikota Makkah.
Sebab-sebab lain Islam dapat berkembang dengan baik di Madinah adalah mendapat
dukungan dan pertolongan dari muslim Madinah.
Orang-orang yang
mnegikuti Nabi Muhammad s.a.w hijrah dari Mekkah ke Madinah disebut
“Muhajirin”. Muhajirin artinya orang-orang yang berhijrah, sedangkan
orang-orang yang menyambutnya dan menolong kaum muslimin dari Mekkah ke Madinah
disebut “Ansar”
Sebab-sebab yang
mendorong Nabi Muhammad s.a.w melakukan hijrah anatara lain sebagai berikut.
1. Nabi Muhammad
s.a.w ingin mengembangkan ajara Islam.
2. Karena
menghadapi tekanan dan kekejaman kafir Quraisy terhadap Nabi dan para pengikutnya.
3. Nabi
Muhammad s.a.w ingin mengetahui bahwa ditempat yang dituju, Islam akan lebih
mudah berkembang dan diterima oleh umatnya.
4. Adanya
perjanjian Aqabah kesatu dan kedua yang berisi antara lain, suku Khazraj dan
Aus akan menjaga keselamatan Nabi dan para pengikutnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Telah dijelaskan di
muka, bahwa waktu Muhammad lahir keadaan Makkah sudah tercemar oleh kebejatan
moral penduduknya, dan Muhammad merasa bertanggung jawab dengan keadaan umat
yang yang terbelenggu nuraninya itu. Menjelang, kerasulannya Muhammad sering
melakukan uzlah, dengan tujuan memeperoleh petunjuk dari Allah untuk kebaik
Muhammad melakukan uzlah karena keadaan masyarakat yang demikian rusak.
Beliau melakukan uzlah
dengan tujuan seperti berikut ini:
1. Menenangkan fikiran dari keramaian.
2. Memohon petunjuk
dari Allah.
3. Mencari kebenaran
yang hakiki.
Menjelang datangnya
wahyu, Muhamad semakin sering pergi ke Gua Hira’ yang tempatnya di Jabal Nur.
Seolah ada kekuatan lain yang mendorong semangat Muhammad untuk pergi ke tempat
itu.
Pada hari Senin tanggal 17 Ramadhan
tahun ke-4 dari kelahiran Muhammad, bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610
Masehi datanglah orang yang berpakian serba putih. Orang itu ternyata Malaikat
Jibril yang membawa wahyu pertama, tentang kebenaran yang selama ini
dicari-cari oleh Muhammad.
Menjelang datangnya
wahyu, Muhamad semakin sering pergi ke Gua Hira’ yang tempatnya di Jabal Nur.
Seolah ada kekuatan lain yang mendorong semangat Muhammad untuk pergi ke tempat
itu.
Pada hari Senin tanggal 17 Ramadhan
tahun ke-4 dari kelahiran Muhammad, bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610
Masehi datanglah orang yang berpakian serba putih. Orang itu ternyata Malaikat
Jibril yang membawa wahyu pertama, tentang kebenaran yang selama ini
dicari-cari oleh Muhammad.
Hijrah pertama dilakukan ke negeri Habsy
(Ethiopia) pada 615 M, atau tahun ke-5 dari kenabian. Rasul menyuruh umatnya
hijrah ke Habsy karena negeri itu ada seorang raja yang beragama Nasrani.
Rencana Quraisy akan membunuh Muhammad
pada malam hari karena dikhawatirkan akan hijrah ke Madinah dan memperkuat diri
disana serta segala bencana yang mungkin menimpa perdagangan mereka dengan Syam
sebagai akibatnya, beritanya sudah sampai kepada Muhammad.
Nabi Muhammad saw adalah rasulullah,
semua perilakunya berdasarkan pada wahyu. Apapun yang terjadi, diterima sebagai
resiko penegak kebenaran, sekalipun siksaan terhadap para sahabat, boikot yang
bertahun-tahun dan sulitnya perkembangan Islam.
B. Saran
Semoga makalah ini berguna bagi pembaca
terkhusus untuk penulis sendiri. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca
sanagat penulis harapan guna paerbaikan makalah dimana yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Bahreisy, Salim.
1982 Sejarah Nabi-Nabi, (Qisasul Anbiya’). Surabaya:
PT Binu Ilmu.
Departemen Agama RI.
2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: CP Penerbit di
Ponegoro
Funun” , (Lebisk dan
London) tahun 1835-1858
Haekal, Husain
Muhammad. 2005 Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: P.T. Tintamas
Indonesia
Haekal, Husain
Muhammad. 2011 Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: P.T. Tintamas
Indonesia.
Hasan, Ibrahim.
2002 Sejarah dan Kebudayaan Isalm. Jakarta: Kalam Mulia.
Hasim,
1975 Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Kasyf Azh
Zhunun, An ‘Asami Al Kutub Wa Wa.
Sjalabi, A. 1960 Sejarah
dan Kebudayaan Islam. Jogjakarta
Wahid, Achmadi. Dk
2008 Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta: P.T.Pustaka Insani
Madani.
http://superiandriyan.blogspot.com/2013/03/makalah-sejarah-kebudayaan-islam-nabi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar